Kamis, 29 April 2010

ASUHAN KLIEN GANGGUAN HUBUNGAN SOSIAL : MENARIK DIRI

TUJUAN PEMBELAJARAN :

Setelah menyelesaikan topik ini mahasiswa diharapkan mampu :
1. Menjelaskan konsep dan definisi hubungan sosial & menarik diri
2. Menganalisa faktor predisposisi dan presipitasi gangguan hubungan sosial : menarik diri
3. Mengkaji gangguan hubungan sosial : menarik diri
4. Mendiagnosa keperawatan
5. Merencanakan intervensi keperawatan
6. Melaksanakan intervensi keperawatan
7. Mengevaluasi keberhasilan asuhan keperawatan.


A. PENDAHULUAN

Setiap individu mempunyai potensi untuk terlibat dalam hubungan sosial pada berbagai tingkat hubungan, yaitu dari hubungan intim biasa sampai hubungan saling ketergantungan. Keintiman dan saling ketergantungan dalam menghadapi dan mengatasi berbagai kebutuhan setiap hari. Individu tidak akan mampu memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa adanya hubungan dengan lingkungan sosial. Oleh karena itu individu perlu membina hubungan interpersonal yang memuaskan.
Kepuasan hubungan dapat dicapai jika individu sebagai makluk sosial terlibat secara aktif dalam proses berhubungan. Peran serta yang tinggi dalam berhubungan disertai respons lingkungan yang positif akan meningkatkan rasa memiliki, kerjasama, hubungan timbal balik yang sinkron ( Stuart dan Sundeen, 1995, hal.518 ). Peran serta dalam proses hubungan dapat berfluktuasi sepanjang rentang tergantung (dependen) dan mandiri (indenpenden), artinya suatu saat individu tergantung pada orang lain dan suatu saat orang lain tergantung pada individu.
Pemutusan proses hubungan terkait erat dengan ketidakpuasan individu terhadap proses hubungan yang disebabkan oleh kurangnya peran serta, respons lingkungan yang negatif. Kondisi ini dapat mengembangkan rasa tidak percaya diri dan keinginan untuk menghindar dari orang lain ( tidak percaya pada orang lain ).


B. PERKEMBANGAN HUBUNGAN SOSIAL

Pada dasarnya kemampuan hubungan sosial berkembang sesuai dengan proses tumbuh kembang individu mulai dari bayi sampai dengan dewasa lanjut. Untuk mengembangkan hubungan sosial yang positif, setiap tugas perkembangan sepanjang daur kehidupan diharapkan dilalui dengan sukses. Kemampuan berperan serta dalam

proses hubungan diawali dengan kemampuan saling tergantung (tergantung dan mandiri).
Gambar 1. Rentang respons sosial



RESPONS ADAPTIF RESPONS MALADAPTIF

Solitut
Otonomi
Kebersamaan
Saling ketergantungan Kesepian
Menarik diri
Ketergantungan Manipulasi
Impulsif
Narkisisme

Tugas perkembangan berhubungan dengan pertumbuhan interpersonal dimulai dari :
1. Masa bayi
Pada masa bayi ini penting untuk menetapkan landasan rasa percaya diri, terlihat pada bayi sangat tergantung pada orang lain dalam pemenuhan kebutuhan biologis dan psikologisnya. Komunikasi sederhana dalam menyampaikan kebutuhannya, misalnya : menangis. Menurut Ericson bahwa respon lingkungan (ibu atau pengasuh) terhadap kebutuhan bayi harus sesuai agar berkembang rasa percaya diri bayi akan respons/perilakunya dan rasa percaya bayi terhadap orang lain. Dan menurut haber, dkk. (1987) bahwa kegagalan pemenuhan kebutuhan bayi melalui ketergantungan pada orang lain akan mengakibatkan rasa tidak percaya pada diri sendiri dan orang lain, serta menarik diri.

2. Masa pra sekolah
Anak pra sekolah akan belajar menunjukan inisiatif, rasa tanggung jawab dan hati nurani. Ini terlihat dalam memperluas hubungan sosialnya diluar lingkungan keluarga khususnya ibu (pengasuh). Anak akan menggunakan kemampuan berhubungan yang telah dimiliki untuk berhubungan dengan lingkungan diluar keluarga. Dalam hal ini anak membutuhkan dukungan dan bantuan dari keluarga khususnya pemberian pengakuan yang positif terhadap perilaku anak yang adaptif. Hal ini merupakan dasar rasa otonomi anak yang berguna untuk mengembangkan kemampuan hubungan interdependen.
Menurut Haber, dkk. (1987) bahwa kegagalan anak dalam berhubungan dengan lingkungan disertai respons keluarga yang negatif akan mengakibatkan anak menjadi tidak mampu mengontrol diri, tidak mandiri (tergantung), ragu, menarik diri dari lingkungan, kurang percaya diri, pesimis, takut perilakunya salah.

3. Masa sekolah
Anak sekolah mulai belajar berkompetisi, bekerja sama dan berkompromi. Ini dimulai dari mengenal hubungan yang lebih luas khususnya lingkungan sekolah. Komflik sering terjadi dengan orang tua karena pembatasan dan dukungan yang tidak konsisten. Teman dengan orang dewasa diluar keluarga (guru, orang tua, teman) merupakan sumber pendukung yang penting bagi anak.

Menurut Haber, dkk. (1987) bahwa kegagalan dalam membina hubungan dengan teman di sekolah, kurangnya dukungan guru dan pembatasan serta dukungan yang tidak konsisten dari orang tua mengakibatkan anak frustasi terhadap kemampuannya, putus asa, merasa tidak mampu dan menarik diri dari lingkungan.

4. Masa remaja
Dimulai dari anak pra remaja dalam hubungannya menjadi intim dengan teman sebaya sesama jenis kelamin, kemudian berkembang menjadi anak remaja dalam hubungannya sudah menjadi intim dengan lawan jenis kelamin dan tidak tergantung pada orang tua.
Kegagalan dalam membina hubungan dengan teman sebaya dan lawan jenis dan kurangnya dukungan orang tua akan mengakibatkan keraguan akan identitas, ketidakmampuan mengidentifikasi karir dan rasa percaya diri yang kurang.

5. Masa dewasa muda
Pada usia ini menjadi saling tergantung dengan orangtua & teman, menikah, dan mempunyai anak. Individu belajar mengambil keputusan dengan memperhatikan saran dan pendapat orang lain, seperti : memilih pekerjaan, memilih karir, melangsungkan perkawinan.
Kegagalan individu dalam melanjutkan sekolah, pekerjaan akan mengakibatkan individu menghindari hubungan intim, menjauhi orang lain, putus asa akan karir.

6. Masa dewasa tengah
Pada usia dewasa tengah ini mampu belajar menerima. Umumnya sudah pisah tempat tinggal dengan orang tua, khususnya yang telah menikah. Jika individu telah menikah maka peran menjadi orang tua dan mempunyai hubungan antar orang dewasa merupakan situasi tempat menguji kemampuan hubungan interdependen. Perkembangan hubungan yang baik akan mengembangkan hubungan itu sendiri dan mendapat dukungan yang baru.
Kegagalan pisah tempat tinggal dengan orang tua, membina hubungan yang baru, dan mendapatkan dukungan dari orang dewasa lain akan mengakibatkan perhatian hanya tertuju pada diri sendiri, produktivitas dan kreativitas berkurang, perhatian pada orang lain berkurang.

7. Masa dewasa lanjut
Pada usia dewasa tua atau lanjut akan mengalami perasaan berduka karena kehilangan dan mengembangkan perasaan keterikatan dengan budaya. Pada proses kehilangan seperti : fungsi fisik, kegiatan, pekerjaan, teman hidup (teman sebaya dan pasangan), anggota keluarga (kematian orang tua). Usia dewasa lanjut tetap memerlukan hubungan yang memuaskan dengan orang lain, dan mempunyai perkembangan baik dapat menerima kehilangan yang terjadi dalam kehidupannya dan mengakui bahwa dukungan orang lain dapat membantu dalam menghadapi kehilangannya.
Kegagalan di usia ini untuk menerima kehilangan yang terjadi pada kehidupannya serta menolak bantuan yang disediakan untuk membantu, dan terjadi sepanjang daur kehidupan akan mengakibatkan perilaku menarik diri.

C. GANGGUAN HUBUNGAN SOSIAL : MENARIK DIRI

Perilaku menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain ( Rawlins, 1993, hal.336 ). Perilaku yang teramati pada respons sosial maladaptif mewakili upaya individu untuk mengatasi ansietas yang berhubungan dengan kesepian, rasa takut, kemarahan, malu, rasa bersalah dan merasa tidak aman. Seringkali respons yang terjadi seperti manipulasi, narkisisme, dan impulsif.
Tabel 1 : Perilaku yang berhubungan dengan respons sosial maladaptif

PERILAKU & KARAKTERISTIK
Manipulasi
- Orang lain diperlakukan seperti objek
- Hubungan terpusat pada masalah pengendalian
- Individu berorientasi pada diri sendiri atau pada tujuan, bukan berorientasi pada orang lain.
Narkisisme
- Harga diri yang rapuh
- Secara terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian
- Sikap egosentris
- Pencemburu
Impulsif
- Tidak mampu merencakan sesuatu
- Tidak mampu belajar dari pengalaman
- Penilaian yang buruk
- Tidak dapat diandalkan



D. FAKTOR PREDISPOSISI

Menarik diri dipengaruhi oleh faktor perkembangan dan sosial budaya. Faktor perkembangan yang terjadi adalah kegagalan individu sehingga menjadi tidak percaya diri, tidak percaya pada orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa terhadap hubungan dengan orang lain, menghindar dari orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan dan merasa tertekan. Keadaan ini akan dapat menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, menghindar dari orang lain, lebih menyukai berdiam diri sendiri, kegiatan sehari-hari hampir terabaikan.


E. FAKTOR PRESIPITASI

Berbagai faktor yang bisa menimbulkan respon sosial yang maladaptif. Walaupun banyak penelitian telah dilakukan pada gangguan yang mempengaruhi hubungan interpersonal, tapi belum ada suatu kesimpulan yang spesifik tentang penyebab gangguan ini. Mungkin disebabkan oleh kombinasi berbagai faktor seperti :
1. Faktor perkembangan
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan yang diuraikan diatas akan mencetuskan sesorang sehingga mempunyai masalah respons sosial maladaptif. Sistem keluarga yang terganggu, tidak berhasil memisahkan dirinya dari orang tua, norma keluarga tidak mendukung hubungan dengan pihak luar, peran keluarga tidak jelas, orang tua pencandu alkohol dan penganiayaan anak.
2. Faktor Biologik
Faktor genetik dapat menunjang terhadap respons sosial maladaptif. Ada bukti terdahulu tentang terlibat neurotranmiter dalam perkembangan gangguan ini, namun masih tetap diperlukan penelitian lebih lanjut.
3. Faktor sosiokultural
Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain; atau tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif, seperti : lansia, orang cacat, dan berpenyakit kronik. Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku dan sistem nilai yang berbeda dari kelompok budaya mayoritas. Harapan yang tidak realistik terhadap hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan dengan gangguan ini.


F. PENGKAJIAN

Pada pengkajian klien dengan gangguan hubungan sosial : menarik diri melalui observasi (data objektif) dan komunikasi (data subjektif). Dalam keadaan klien menolak untuk berkomunikasi, maka akan sukar didapat data subjektif. Mungkin klien akan menjawab pertanyaan kita dengan singkat seperti : tidak, ya , tidak tahu. Pengkajian diarahkan pada perilaku menarik diri, faktor pencetus, stresor pencetus, sumber koping, dan mekanisme koping.
Secara objektif dapat ditemukan data seperti :
1. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul
2. Menghindari dari orang lain (menyendiri). Klien tampak memisahkan diri dari orang lain : pada saat makan.
3. Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain atau perawat.
4. Tidak ada kontak mata. Klien lebih sering menunduk
5. Berdiam diri di kamar/tempat terpisah. Klien kurang mobilitasnya
6. Menolak berhubungan dengan orang lain. Klien memutuskan percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap.
7. Tidak melakukan kegiatan sehari-hari. Artinya perawatan diri dan kegiatan rumah tangga sehari-hari tidak dilakukan.
8. Posisi janin pada saat tidur.


Masalah Keperawatan :

1. Isolasi sosial : menarik diri
2. Gangguan harga diri : harga diri rendah
3. Risiko perubahan sensori persepsi

G. POHON MASALAH



Risiko perubahan sensori persepsi




Isolasi social : menarik diri




Gangguan harga diri : harga diri rendah




H. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Risiko perubahan sensori persepsi berhubungan dengan menarik diri
2. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.


I. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

1. Diagnosa keperawatan
“ Risiko perubahan sensori persepsi berhubungan dengan menarik diri ”

2. Tujuan umum :
Tidak terjadi perubahan sensori persepsi

3. Tujuan khusus :
(1) membina hubungan saling percaya
(2) menyebutkan penyebab menarik diri
(3) menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain
(4) melakukan hubungan sosial secara bertahap : klien-perawat; klien-perawat-klien/perawat; klien-kelompok; klien-keluarga.
(5) Mengungkapkan perasaan setelah berhubungan dengan orang lain
(6) Memberdayakan sistem pendukung
(7) Menggunakan obat dengan benar dan tepat



4. Tindakan keperawatan
(1.1) Bina hubungan saling percaya :
- salam terapeutik
- perkenalkan diri
- jelaskan tujuan interaksi
- ciptakan lingkungan yang tenang
- buat kontrak yang jelas pada tiap pertemuan (topik, tempat, waktu)
(1.2) Berikan perhatian dan perhargaan :
- temani klien walau klien tidak menjawab
- katakan “saya akan duduk disamping anda, jika ingin mengatakan sesuatu saya siap mendengarkan”
- jika klien menatap perawat katakan “ada yang ingin anda katakan”
(1.3) Dengarkan klien dengan empati :
- berikan kesempatan bicara (jangan diburu-buru)
- tunjukan perawat mengikuti pembicaraan klien

(2.1) Bicarakan dengan klien penyebab tidak ingin bergaul dengan orang lain
(2.2) Diskusikan akibat yang dirasakan dari menarik diri

(3.1) Diskusikan keuntungan bergaul dengan orang lain
(3.2) Bantu klien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki klien untuk bergaul

(4.1) Lakukan interaksi sering dan singkat dengan klien (jika mungkin perawat yang sama)
(4.2) Motivasi/temani klien untuk berinteraksi/berkenalan dengan klien/perawat lain. Beri contoh cara berkenalan.
(4.3) Tingkatkan interaksi klien secara bertahap ( satu klien, dua klien, satu perawat, dua perawat, dan seterusnya )
(4.4) Libatkan klien dalam terapi aktifitas kelompok : sosialisasi
(4.5) Bantu klien melaksanakan aktifitas hidup sehari-hari dengan interaksi
(4.6) Fasilitasi hubungan klien dengan keluarga secara terapeutik

(5.1) Diskusikan dengan klien setiap selesai interaksi/kegiatan
(5.2) Beri pujian akan keberhasilan klien

(6.1) Berikan pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui pertemuan individu secara rutin dan pertemuan keluarga

(7.1) Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar obat, dosis, cara, waktu, klien)
(7.2) Anjurkan klien membicarakan efek atau efek samping obat yang dirasakan.


J. HASIL AKHIR YANG DIHARAPKAN

Pada klien :
1. tidak terjadi perubahan sensori persepsi
2. klien mengetahui penyababnya
3. klien mengetahui keuntungan berinteraksi
4. klien mampu berinteraksi dengan orang lain

Pada keluarga :
1. keluarga mampu berkomunikasi dengan klien secara terapeutik
2. keluarga mampu mengurangi penyebab klien menarik diri



DAFTAR PUSTAKA

1. Shives, L.R. (1998). Basic Concepts of Psychiatrik-Mental Health Nursing. Fourth Edition. Philadelphia : J.B. Lippincott Company.

2. Stuart, G.W., & Sundeen, S.J. (1995). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. Fourth edition. St. Louis : Mosby Year Book.

3. Stuart, G.W., & Laraia, M.T. (1998). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. Sixth Edition. St. Louis : Mosby Year Book.

4. Townsend, M.C. (1998). Diagnosa keperawatan pada keperawatan psikiatri : pedoman untuk pembuatan rencana keperawatan. Jakarta : EGC (terjemahan)

Rabu, 28 April 2010

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA


A.     PENDAHULUAN

Keperawatan kesehatan mental dan psikiatrik adalah suatu bidang spesialisasi praktek keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri sendiri secara terapeutik sebagai kiatnya ( ANA ). Semuanya didasarkan pada diagnosis dan intervensi dari adanya respons individu akan masalah kesehatan mental yang actual maupun potensial. Ada empat karakteristik keperawatan :
1.      Fenomena yaitu rentang respons-respons yang berkaitan dengan kesehatan yang teramati pada orang sakit dan sehat yang menjadi focus diagnosa dan penanganan keperawatan
2.       Teori yaitu konsep-konsep, prinsip-prinsip dan proses yang memandu intervensi keperawatan dan pemahaman tentang respons yang berhubungan dengan kesehatan.
3.      Tindakan-tindakan yaitu intervensi untuk mencegah kesehatan.
4.      Pengaruh yaitu evaluasi tindakan keperawatan yang berhubungan dengan respon kesehatan yang teridentifikasi dan hasil asuhan keperawatan yang diantisipasi.
Pelayanan yang menyeluruh difokuskan pada pencegahan penyakit mental, menjaga kesehatan, pengelolaan atau merujuk dari masalah kesehatan phisik dan mental, diagnosis dan intervensi dari gangguan mental dan akibatnya, dan rehabilitasi ( Haber & Billing, 1993 ).
Keperawatan jiwa / mental diharapkan mampu mengkaji secara komprehensif, menggunakan ketrampilan memecahkan masalah secara efektif dengan pengambilan keputusan klinik yang komplek (advokasi), melakukan kolaborasi dengan profesi lain, peka terhadap issue yang mencakup dilema etik, pekerjaan yang menyenangkan, tanggung jawab fiskal. Jadi peran keperawatan jiwa profesional telah berkembang secara komplek dari elemen-elemen sejarah aslinya.





B.     MASA PERADABAN

Keperawatan jiwa dimulai antara tahun1770 dan 1880 seiring dengan kejadian penanganan pada seorang penyakit mental. Sebelumnya, pada masa peradaban dimana roh-roh dipercaya sebagai penyebab gangguan dan mengusirnya agar sembuh. Para leluhur Yunani, Romawi dan Arab percaya bahwa gangguan emosional diakibatkan tidak berfungsinya organ pada otak. Mereka menggunakan berbagai pendekatan tindakan seperti : ketenangan, gizi yang baik, kebersihan badan yang baik, musik dan aktivitas rekreasi.
Selama abad 7 sebelum masehi, Hippocrates menjelaskan perubahan perilaku atau watak dan gangguan mental disebabkan oleh perubahan 4 cairan tubuh atau hormon, yang dapat menghasilkan panas, dingin, kering dan kelembaban. Aristotle melengkapi dengan hati, dan Seorang Dokter Yunani, Galen : menyatakan emosi atau kerusakan mental dihubungkan dengan otak. Orang Yunani menggunakan kuil sebagai rumah sakit dan memberikan lingkungan udara bersih, sinar matahari dan air bersih untuk menyembuhkan penyakit jiwa/mental. Bersepeda, Jalan-jalan, dan mendengarkan suara air terjun ini sebagai contoh penyembuhan.


C.     MASA PERTENGAHAN

Era dari Alienation, social exclusion dan confinement.
Dokter menjelaskan gejala :
1.      Depression
2.      Paranoia
3.      Delusions
4.      Hysteria
5.      Nighmares
Rumah Sakit Jiwa pertama, Bethlehem Royal Hospital, telah dibuka di England.
Selama 18 abad, era dari reason dan observation :
1.      Pinel, seorang dokter Perancis membuka sebuah rumah sakit untuk seorang penderita jiwa / mental di pilih kota La Bicetre, Paris. Dia memulai dengan tindakan kemanusiaan dan advokasi, melalui observasi perilaku, riwayat perkembangan dan menggunakan komunikasi dengan penderaita.
2.      Weyer, seorang dokter Jerman psikiatrik pertama yang dapat menjelaskannya melalui kategori diagnostik.




D.    ABAD 18 DAN 19

Bejamin Rush, sering disebut Bapak Psikiatric Amerika. Pertama menulis buku tentang Pskiatric Amerika dan banyak tindakan kemanusian untuk penderita penyakit mental/jiwa. Tahun 1783, masa tindakan moral dan bekerjasama dengan rumah sakit Pennsylvania. Tahun 1843, Thomas kirkbridge memberikan pelatihan di rumah sakit Pennsylvania untuk membantu dokter merawat pasien penyakit jiwa.
Tahun 1872, New England Hospital untuk perempuan  & anak, dan Women’s Hospital di Philadelphia mendirikan sekolah perawat, tetapi tidak untuk pelayan pskiatrik. Setelah itu Dorothea Lynde Dix, seorang pengajar yang memberikan contoh penderita penyakit jiwa.
Tahun 1882 Pendidikan keperawatan jiwa pertama di McLean Hospital di Belmont, Massachusetts. Dan Tahun 1890 siswa perawat menjadi staff keperawatan di rumah sakit jiwa. Perawat mendapat tugas dan diharapkan mengembangkan ketrampilan dalam memberikan pengobatan melalui asuhan keperawatan. Diakhir abad 19 mengalami perubahan atau perkembangan menjadi cohtoh pengobatan dari perawat pskiatrik.
Seperti :
1.      Membantu dokter
2.      Mengelola obat penenang
3.      Memberikan hidroterapi


E.     ABAD 20

Pada masa abad 20, perubahan mengenai kesehatan mental sangat besar dipengaruhi oleh Clifford Beers dengan diterbitkannya buku yang berjudul A Mind That Found Itself (1908). Dia menulis bukunya berdasarkan pengalaman dan observasi selama 3 tahun sebagai pasien di rumah sakit jiwa. Beers menggunakan pengaruhnya untuk membentuk  National Society for Mental Hygiene tahun 1909, sekarang dikenal dengan National Association for Mental Health. Sebagai hasilnya, banyak dibangun rumah sakit jiwa di daerah pedesaan, dimana pasien akan mendapatkan udara segar, sinar matahari dan lingkungan alami.
Pada tahun 1915, Linda Richards, lulusan Perawat pertama di AS dan sering disebut sebagai perawat psikiatrik pertama di AS, menganjurkan pelayanan yang sama terhadap pasien penyakit jiwa dengan pasien penyakit fisik. Dia menempatkan asuhan pada pasien penyakit jiwa memerlukan tingkat kesabaran yang tinggi dan siswa tidak terpengaruh. Pengalaman klinik di rumah sakit jiwa memberikan kesempatan kepada siswa perawat untuk mempunyai kemampuan tersebut. Banyak kemajuan terlihat di National Commettee on Mental Hygiene and the American Nurses Association yang mempromosikan pendidikan kepada pasien penyakit jiwa dengan menerbitkan journal. Buku – buku tentang keperawatan jiwa  ditulis dan dewan National League for Nursing mendiskusikan pendidikan Diploma keperawatan psikiatrik (1915-1935). Adapun


Tujuan pendidikan adalah :
 
1.      Mengajarkan kepada siswa tentang hubungan antara penyakit jiwa dan penyakit mental serta penerapannya dalam keperawatan kesehatan jiwa.
2.      mengajarkan kepada siswa perawat tentang penyebab gangguan atau penyakit jiwa dan metode perawatan modern nya.
3.      mengajarkan kepada siswa perawat bagaimana mengkaji perilaku pasien sakit jiwa, sehingga dapat mengetahui gejala – gejala awal.
4.      mengajarkan siswa perawat tentang pengaruh lingkungan dan gangguan mental.
5.      mengajarkan siswa perawat agar dapat diandalkan dan mudah beradaptasi pada saat memberikan perawatan.

Pengalaman klinik di Rumah Sakit Jiwa merupakan bagian terpenting dari dasar pengalaman siswa perawat dan sudah distandarisasikan pada tahun 1937. siswa diberikan kesempatan untuk merawat pasien dengan berbagai macam tingkat gangguan mental termasuk penyakit organic. Pengalaman – pengalaman berdasarkan pada : Hidoterapi, Okupasi, rekreasi dan terapi lainnya, dan pendidikan pasien. Tindakan perawatan termasuk kebersihan diri, eliminasi yang sesuai, dan nutrisi yang adekuat seperti pemberian relaksasi setelah mandi.
          Pada tahun 1939 hampir semua sekolah perawatan memberikan pembelajaran keperawatan psikiatri untuk siswa, tetapi belum dapat diakui sampai dengan tahun 1955.
          Phenothiazines dan tranquilizer lainnya dikembangkan untuk tindakan perawatan pada gejala umum psikosis, sehingga membuat pasien tenang. Kebijakan terbuka telah diterapkan di banyak Institusi mental dengan mengijinkan pasien pulang tetapi masih dalam pengawasan.
          Pada tahun 1963, Gerakan Kesehatan Mental Masyarakat mendirikan pusat kesehatan masyarakat yang melayani : (1). Perawatan gawat darurat psikiatrik, seperti pusat masalah dan layanan lewat telepon; (2) Hospitalisasi; (3) Bagian hospitalisasi seperti pusat perawatan sehari – hari dan kelompok terapeutik; (4) Post perawatan, termasuk pusat konseling. Diijinkannya pasien untuk hidup di masyarakat dianggap sebagai tindakan yang positif; namun begitu banyak juga ditemukan pasien yang tidak mempunyai tempat tinggal. Gerakan Kesehatan Mental Masyarakat mempunyai peran penting dalam pelayanan kesehatan mental.
          Pada saat ini, keperawatan jiwa mulai menjadi bagian klinik khusus. Sebelumnya para perawat berperan sebagai manajer dan koordinator kegiatan dengan melaksanakan perawatan terapeutik sesuai dengan model dasar medis. Dengan studi lanjutan dan pengalaman praktek klinik di bidang perawatan psikiatrik, para ahli spesialis dan praktisi perawat  mendapat pengetahuan yang banyak dalam perawatan dan pencegahan gangguan psikiatrik.

Berikut ringkasan kejadian – kejadian penting yang mempengaruhi perkembangan Keperawatan Psikiatri :

1.      Tahun 1856 – 1929 : Emil Kreepelin mebedakan antara depresi psikosis manic dan schizoprenia dan menyatakan bahwa schizoprenia tidak dapat disembuhkan.
2.      Tahun 1856 – 1939 : Sigmund Freud memperkenalkan teori psikoanalisis dan terapinya. Dia menjelaskan perilaku manusia dalam tahapan psikologi dan membuktikan bahwa perilaku dapat berubah dalam situasi tertentu.
3.      Tahun 1857 – 1939 : Eugene Bleur menjelaskan gangguan psikotik pada schizophrenia (sebelumnya disebut dementia praecox)
4.      Tahun 1870 – 1937 : Alfred Adler mempelajari tentang obat – obatan  psikosomatik yang mengarah pada organ luar sebagai penyebab kausatif.
5.      Tahun 1875 – 1961 : Carl Jung menjelaskan jiwa manusia  .
6.      Tahun 1920 : Harriet Bailey menulis buku keperawatan Psikiatrik yang pertama (Nursing Medical Disease)
7.      Tahun 1930 an : Terapi shock insulin, Obat Pentylnetetrazol (Metrazol), ECT dan Prefrontal lobotomy  untuk tindakan pasien penyakit mental dengan gangguan psikotik. Munculnya International Committee for Mental Hygiene. Gerakan Hill-Burton mendirikan unit psikiatri.
8.      Tahun 1940 : Gerakan kesehatan mental menyusun kurikulum pendidikan keperawatan untuk spesialis klinik pada tahun 1946.
9.      Tahun 1946 s/d 1971 : Gerakan kesehatan mental nasional membuka program pelatihan profesi, Organisasi dunia untuk kesehatan mental mengadakan reset dan pendidikan.
10.  Tahun 1947 : Helen Render menulis buku “ Hubungan Perawat–Pasien di Psikiatri”
11.  Tahun 1952 : Hildegard E. Peplau menulis buku “ Hubungan personal di keperawatan “ sebagai dasar untuk hubungan perawat-pasien.
12.  Tahun 1963-1979 : Perbaikan tingkat ekonomi menekan bertambahnya gangguan jiwa. Amerika meluluskan 50 lulusan perawat psikiatrik. Adanya RSJ swasta dan unit Psikiatrik. Perusahaan asuransi memberikan jaminan asuransi pada perawatan psikiatrik. Diijinkannya pasien untuk hidup di masyarakat dengan menitikberatkan pada pemberian pendidikan kepada pasien mengenai kegiatan sehari – hari dan perawatan diri. Perawat – perawat Amerika dan Kanada membentuk North American Nursing Diagnosis Association (Asosiasi Diagnosa Keperawatan Amerika Utara).
13.  Tahun 1980 an : Gerakan Sistem Kesehatan Mental (1980), yang disusun untuk memperkuat kemampuan masyarakat dan mengembangkan inisiatif – inisiatif baru, belum pernah diimplementasikan sampai dengan tahun 1981. Gerakan rekonsiliasi
14.  Tahun 1990 an : Munculnya jaminan asuransi

.

F.            KEPERAWATAN JIWA DI  ABAD 20

Sekolah perawatan menawarkan bermacam-macam program dalam keperawatan psikiatrik. Pada prakteknya sekolah keperawatan biasanya mengarahkan topik-topik mengenai perilaku manusia atau kesehatan mental atau gangguan mental, dan dapat diintegrasikan kedalam beberapa mata kuliah seperti pediatric, obstretri dan gerontology. Pengalaman klinik Keperawatan psikiatrik didapat dalam jangka lebih dari satu tahun, meskipun evaluasi dilakukan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang mencakup konsep dasar kesehatan mental. Jika seorang perawat ingin mendapatkan Register Nurse (perawat terakreditasi) harus melalui suatu latihan, dimana pengalaman klinik keperawatan psikiatrik dapat digunakan untuk mencapai Register Nurse.
Mata kuliah keperawatan psikiatrik dilaksanakan selama 5-10 minggu dengan atau tanpa rotasi klinik dan dalam kerangka kesehatan mental atau psikiatrik. Dibeberapa institusi konsep keperawatan psikiatrik diintegrasikan dalam 2 semester, setelah pokok bahasan perkembangan psikologi dan penyimpangan psikologi. Pengalaman keperawatan psikiatrik diterapkan di unit kedokteran psikiatrik, rumah sakit jiwa swasta, pelayanan psikiatrik, atau pelayanan kesehatan mental masyarakat. Tindakan keperawatan yang dilakukan dibawah pengawasan perawat teregistrasi (RN)
Program diploma biasanya memberikan waktu lebih untuk keperawatan psikiatrik dan pengalaman klinik, dan menekankan pada konsep dasar, proses pengkajian, statistik, dinamika kelompok, pendidikan keluarga dan pasien, tentang peran perawat dalam pencegahan
Sekolah tinggi/universitas menawarkan program pasca sarjana jurusan psikiatrik atau keperawatan kesehatan mental selama 48 –50 jam kuliah, pengalaman klinik, penelitian, tugas mandiri dan praktikum. Mata kuliah difokuskan pada kepemimpinan, kehidupan sehari-hari, dasar-dasar konsep, dasar phisiologi, pengkajian klien. Lulusan dapat menjadi perawat spesialis atau perawat klinik, tergantung kepada mata kuliah yang tersedia.
Akhir-akhir ini, lahan keperawatan psikiatrik memberikan bermacam-macam kesempatan untuk penjurusan (spesialisasi). Seperti dapat bekerja sebagai perawat di rumah sakit umum, praktek swasta, konsultan, pengajar dan sebagainya.
Pengalaman keperawatan jiwa siswa menjadi dasar yang kuat untuk mendapatkan kesempatan berkarier setalah lulus. Beberap contoh tempat melakukan pelayanan keperawatan jiwa seperti di : keperawatan maternitas, keperawatan onkologi, keperawatan okupasi/industri, keperawatan kesehatan masyarakat, kantor keperawatan dan ruang keperawatan gawat darurat.   


G.          STANDART PRAKTEK PELAYANAN KEPERAWATAN KESEHATAN MENTAL DAN GANGGUAN JIWA

Pada tahun 1967, pengakuan akan praktek keperawatan psikiatrik dikeluarkan oleh American Nurse’s Association ( ANA ), yang kemudian direvisi pada tahun 1976. Bahwa ruang lingkup praktek berhubungan dengan standar praktek keperawatan kesehatan jiwa dan psikiatrik. Standar umum praktek keperawatan tercantum dalam standar praktik klinik keperawatan (ANA, 1991)
Standar yang dipakai dalam profesi keperawatan menunjukkan tanggung jawab – tanggung jawab perawat yang sangat dibutuhkan perawat. Disini dijelaskan mengenai aturan – aturan praktek keperawatan professional dan kerangka kerja untuk mengevaluasi praktek. Juga mendefinisikan kemampuan profesi keperawatan kepada masyarakat dan kepada klien yang menjadi tanggung jawab perawat.
Standard praktek klinik keperawatan Psikiatri – kesehatan mental (ANA, 1994) dibagi dalam dua bagian, Standar Asuhan Keperawatan dan Standar Kinerja Profesional.
        
1.            Standar Asuhan Keperawatan

Standar asuhan keperawatan berhubungan dengan aktivitas keperawatan professional yang dilakukan oleh perawat, dengan melalui proses keperawatan. Proses keperawatan merupakan landasan pengambilan keputusan klinis dan mencakup semua tindakan yang penting dilakukan oleh perawat dalam memberikan asuhan kesehatan jiwa – psikiatri kepada semua klien.



·        Standar I. Pengkajian
      Perawat kesehatan jiwa – psikatri mengumpulkan data kesehatan klien.
-         Rasional
Wawancara pengkajian yang memerlukan ketrampilan komunikasi efektif secara linguistik dan cultural, wawancara, observasi perilaku, tinjauan catatan data dasar, dan pengkajian komprehensif terhadap klien dan system yang relevan memungkinkan perawat kesehatan jiwa – psikiatri untuk membuat penilaian klinis dan rencana tindakan yang tepat dengan klien.

·        Standar II. Diagnosa
      Perawat kesehatan jiwa – psikiatri menganalisa data pengkajian dalam menentukan diagnosa.
-         Rasional
Landasan untuk pemberian asuhan keperawatan kesehatan jiwa – psikiatri adalah pengenalan dan pengidentifikasian pola respon terhadap masalah kesehatan jiwa – penyakit psikiatri yang actual / potensial.

·        Standar III. Identifikasi hasil
      Perawat kesehatan jiwa – psikiatri mengidentifikasi hasil yang diharapkan dan bersifat individual untuk tiap klien.
-         Rasional
Dalam konteks pemberian asuhan keperawatan, tujuan yang paling utama adalah mempengaruhi hasil kesehatan dan meningkatkan status kesehatan klien.

·        Standar IV. Perencanaan
      Perawat kesehatan jiwa – psikiatri mengembangkan rencana asuhan yang menggambarkan intervensi untuk mencapai hasil yang diharapkan.
-         Rasional
            Rencana asuhan digunakan untuk memandu intervensi terapeutik secara sistematis dan mencapai hasil klien yang diharpkan.

·        Standar V : Implementasi
      Perawat kesehatan jiwa – psikiatri mengimplementasikan intervensi yang teridentifiksi dalam rencana asuhan.
-         Rasional
Dalam mengimplementasikan rencana asuhan, perawat kesehatan jiwa-psikiatri menggunakan intervensi yang luas yang dirancang untuk mencegah penyakit fisik dan mental, meningkatkan, mempertahankan, dan memulihkan kesehatan fisik dan mental. Perawat kesehatan jiwa-psikiatri memilih intervensi sesuai dengan tingkat praktiknya. Pada tingkat dasar, perawat dapat memilih konseling, terapi lingkungan, aktivitas asuhan mandiri, intervensi psikobiologis, penyuluhan kesehatan, manajemen kasus, peningkatan kesehatan dan pemeliharaan kesehatan dan berbagai pendekatan lain untuk memenuhi kebutuhan kesehatan mental klien. Selain pilihan intervensi yang tersedia untuk perawat kesehatan jiwa-psikiatri tingkat dasar, pada tingkat lanjut spesialis yang diakui (yang mempunyai sertifikasi) boleh memberikan konsultasi, terlibat dalam psikoterapi, dan menentukan agen farmakologis sesuai dengan peraturan negara bagian.

·        Standar Va : Konseling
Perawat kesehatan jiwa – psikiatri menggunakan intervensi konseling untuk membantu klien meningkatkan atau memperoleh kembali kemampuan koping, memelihara kesehatan mental, dan mencegah penyakit atau ketidakmampuan mental.

·        Standar Vb : Terapi lingkungan
      Perawat kesehatan jiwa – psikiatri memberikan, membentuk, dan mempertahankan suatu lingkungan yang terapeutik dalam kolaborasinya dengan klien dan pemberi pelayanan kesehatan lain.

·        Standar Vc : Aktivitas Asuhan Mandiri
      Perawat kesehatan jiwa – psikiatri membentuk intervensi sekitar aktivitas kehidupan sehari-hari klien untuk memelihara asuhan mandiri dan kesejahteraan jiwa dan fisik.

·        Standar Vd : Intervensi Psikobiologis
Perawat kesehatan jiwa – psikiatri menggunakan pengetahuan intervensi psikologis dan menerapkan keterampilan klinis untuk memulihkan kesehatan klien dan mencegah ketidakmampuan lebih lanjut.

·        Standar Ve : Penyuluhan kesehatan
Perawat kesehatan jiwa – psikiatri , melalui penyuluhan kesehatan, membantu klien dalam mencapai pola kehidupan yang memuaskan, produktif dan sehat.

·        Standar Vf : Manajemen kasus
Perawat kesehatan jiwa – psikiatri menyajikan manajemen kasus untuk mengkoordinasi pelayanan kesehatan yang konprehensif serta memastikan kesinambungan asuhan.

·        Standar Vg : Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
Perawat kesehatan jiwa – psikiatri menerapkan strategi dan intervensi untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan jiwa dan mencegah penyakit jiwa.

Intervensi praktik tahap lanjut : untuk spesialis yang bersertifikasi dalam keperawatan jiwa-psikiatri.

·        Standar Vh : Psikoterapi
      Spesialis akan menggunakan psikoterapi individu, psikoterapi kelompok dan psikoterapi keluarga, serta pengobatan terapeutik lain untuk membantu klien memelihara kesehatan jiwa, mencegah penyakit jiwa dan memelihara kesehatan jiwa, mencegah penyakit jiwa dan ketidakmampuan, serta memperbaiki atau mencapai kembali status kesehatan dan kemampuan fungsional klien.

·        Standar Vi : Preskripsi agen farmakologis
Spesialis akan menggunakan preskripsi agen farmakologis, sesuai dengan peraturan praktik keperawatan negara bagian, untuk mengatasi gejala-gejala gangguan jiwa dan meningkatkan status kesehatan fungsional.

·        Standar Vj : Konsultasi
Spesialis akan memberikan konsultasi kepada pemberi pelayanan kesehatan dan lainnya untuk mempengaruhi rencana asuhan kepada klien, dan memperkuat kemampuan yang lain untuk memberikan pelayanan kesehatan jiwa dan psikiatri serta membawa perubahan dalam sistem pelayanan kesehatan jiwa dan psikiatri.

·        Standar VI : Evaluasi
      Perawat kesehatan jiwa-psikiatri mengevaluasi perkembangan klien dalam mencapai hasil yang diharapkan.
-         Rasional
Asuhan keperawatan adalah proses dinamik yang melibatkan perubahan dalam status kesehatan klien sepanjang waktu, pemicu kebutuhan terhadap data baru, berbagai diagnosa, dan memodifikasi rencana asuhan. Oleh karena itu, evaluasi merupakan suatu proses penilaian berkesinambungan tentang pengaruh intervensi keperawatan dan regimen pengobatan terhadap status kesehatan klien dan hasil kesehatan yang diharapkan.


2.            Standar Kinerja  Profesional

Ini menguraikan tingkat kompetensi perilaku dalam suatu peran profesional, termasuk aktivitas yang berhubungan dengan kualitas asuhan, penilaian kinerja, pendidikan, hubungan dengan sejawat, etika, kolaborasi, penelitian dan pendayagunaan sumber. Semua perawat kesehatan jiwa-psikiatri diharapkan untuk terlibat dalam aktivitas peran profesional yang sesuai dengan pendidikan, jabatan dan tatanan praktik. Oleh karena itu, beberapa standar atau kriteria tindakan mengidentifikasi aktivitas tersebut.

·        Standar I. Kualitas Asuhan
      Perawat kesehatan jiwa-psikiatri mengevaluasi secara sistematis kualitas asuhan dan keberhasilan praktik keperawatan kesehatan jiwa-psikiatri.
-         Rasional
Sifat dinamik dari lingkungan asuhan kesehatan jiwa dan pengetahuan keperawaatan jiwa yang terus berkembang dan riset memberikan dorongan dan makna bagi perawat kesehatan jiwa-psikiatri untuk menjadi kompeten dalam praktik klinik, untuk terus mengembangkan dan untuk meningkatkan kualitas asuhan klien secara profesional.



·        Standar II. Penilaian Kinerja
      Perawat kesehatan jiwa-psikiatri mengevaluasi praktik keperawatan kesehatan jiwa-psikiatrinya sendiri dalam kaitannya dengan standar praktik professional danrelevan terhadap statuta dan peraturan.
-     Rasional
            Perawat kesehatan jiwa-psikiatri bertanggung gugat terhadap masyarakat untuk memberikan asuhan klinik yang kompeten dan bertanggung jawab sebagai seorang professional untuk mengevaluasi peran dan kinerja praktik keperawatan kesehatan jiwa-psikiatri sesuai standar yang telah disusun oleh profesi dan badaan pengatur hokum.

·        Standar III. Pendidikan
      Perawat kesehatan jiwa-psikiatri mengikuti dan mempertahankan pengetahuan dalam praktik keperawatan.
-     Rasional
Ekspansi pengetahuan yang cepat mengenai ilmu dasar dan ilmu perilaku, teknologi, system informasi, dan riset memelukan komitmen untuk belajar sepanjang karir professional perawat kesehatan jiwa-psikiatri. Pendidikan formal, pendidikan berkelanjutan, sertifikasi, dan belajar dari pengalaman merupakan cara perawat kesehatan jiwa-psikiatri untuk meningkatkan keahlian keperawatan dan pengembangan profesi.

·        Standar IV. Hubungan dengan Sejawat
      Perawat kesehatan jiwa-psikiatri menyumbang pada perkembangan professional rekan sejawat dan lainnya.
-     Rasional
Perawat kesehatan jiwa-psikiatri bertanggung jawab untuk berbagi pengetahuan, penelitian, dan informasi klinis dengan rekan sejawatnya, melalui metode pengajaran secara formal maupun informal, untuk meningkatkan pertumbuhan professional.                      

·        Standar V. Etika
      Perawat kesehatan jiwa-psikiatri atas nama klien ditetapkan dengan sikap etis.
-     Rasional
Kepercayaan dan hak masyarakat terhadap pelayanan kesehatan jiwa-psikiatri yang manusiawi ditegakkan oleh praktik keperawatan professional. Landasan praktik kesehatan jiwa-psikiatri adalah pengembangan hubungan terapeutik yang meningkatkan dan menunjang proses penyembuhan. Perlu ditetapkan suatu batasan untuk melindungi kesejahteraan klien serta mencegah terjadinya keintiman atau hubungan seksual.                       



·        Standar VI. Kolaborasi
      Perawat kesehatan jiwa-psikiatri berkolaborasi dengan klien, orang terdekat, dan pemberi pelayanan kesehatan dalam memberikan asuhan.
-     Rasional
Praktik keperawatan kesehatan jiwa-psikiatri memerlukan koordinasi, interaksi terus menerus antara konsumer dan pemberi pelayanan untuk untuk memberikan pelayanan yang konprehensif kepada klien dan komunitas. Melalui proses kolaborasi, kemampuan pemberi pelayanan kesehatan yang berbeda digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah, berkomunikasi, dan merencanakan, mengimplementasikan, serta mengevaluasi pelayanan kesehatan jiwa.

·        Standar VII. Riset
      Perawat kesehatan jiwa-psikiatri menyumbang pada keperawatan dan kesehatan jiwa melalui penggunaan riset.
-     Rasional
Perawat dalam keperawatan kesehatan jiwa-psikiatri bertanggung jawab untuk pengembangan bidang kesehatan jiwa lebih lanjut melalui peran sertanya dalam penelitian. Pada praktek tingkat dasar, perawat kesehatan jiwa-psikiatri menggunakan temuan-temuan penelitian untuk meninkatkan asuhan klinik dan mengidentifikasi masalah-masalah klinik untuk diteliti. Pada tingkat lanjut, perawat kesehatan jiwa-psikiatri ikut serta dan / atau berkolaborasi dengan yang lain dalam proses penelitian untuk menemukan, memeriksa, dan menguji pengetahuan, teori dan pendekatan kreatif terhadap praktik.

·        Standar VIII. Pendayagunaan Sumber
      Perawat kesehatan jiwa-psikiatri menimbang factor-faktor yang berhubungan dengan keamanan, keefektifan, dan biaya dalam perencanaan dan pemberian asuhan kepada klien.
-     Rasional
            Klien berhak untuk memperoleh pelayanan kesehatan jiwa-psikiatri yang aman, efektif, dan murah. Dengan meningkatnya biaya pelayanan kesehatan, keputusan pengobatan harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat memaksimalkan sumber dan mempertahankan kualitas pelayanan. Perawat kesehatan jiwa-psikiatri mengupayakan asuhan berkualitas dengan biaya yang dapat dicapai dan menggunakan sumber yang paling sesuai serta mendelegasikan asuhan kepada pemberi pelayanan kesehatan yang memenuhi syarat.



REFERENSI :
1.      American Nurses Association. Nursing: a social policy statement, Kansas City, Mo, 1980, The Association
2.      American Nurses Association. Statement on Psychiatric – mental health clinical nursing practice, Wasington, DC, 1994,The Association.
3.      Shives, L.R., (1998). Basic Concepts of Psychiatric Mental Health Nursing. 4th Edition., Philadelphia : Lippincott.
4.      Stuart, G.W., & Laraia, M.T. (1998). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. St.Louis : Mosby Year Book.
5.      Stuart, G.W., & Sundeen, S.J. (1995). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3, Jakarta : EGC
6.      Townsend, M.C. (1995). Buku Saku : Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri : Pedoman untuk pembuatan rencana perawatan. (ed. Indonesia). Jakarta : EGC.

Jumat, 02 April 2010

PEMBINAAN KESEHATAN KELUARGA


Bidang Kesehatan Keluarga

Bidang Kesehatan Keluarga mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas Kesehatan di bidang kesehatan keluarga serta tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya.   Bidang Kesehatan Keluarga mempunyai fungsi
  1. penyusunan dan perumusan kebijakan teknis dalam program kesehatan keluarga ;
  2. koordinasi lintas program dan lintas sektor ;
  3. perencanaan kegiatan program kesehatan keluarga ;
  4. pengendalian kegiatan program kesehatan keluarga ;
  5. monitoring dan evaluasi hasil kegiatan program kesehatan keluarga ; dan
  6. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai bidang tugasnya.

Bidang Kesehatan Keluarga mempunyai   tugas merencanakan, melaksanakan pembinaan dan koordinasi serta pengawasan dan pengendalian program kesehatan ibu dan anak, pelayanan medis keluarga berencana, kesehatan remaja dan usia lanjut serta peningkatan gizi masyarakat.

Bidang Kesehatan Keluarga terdiri dari :
  1. Seksi Gizi
    Mempunyai mempunyai   tugas merencanakan, melaksanakan pembinaan dan koordinasi serta pengawasan dan pengendalian kegiatan peningkatan gizi masyarakat

    Seksi Gizi  mempunyai fungsi:
    • Perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pengumpulan data bahan perumusan kebutuhan  dan penyiapan bahan untuk  peningkatan status gizi masyarakat, peningkatan gizi masyarakat;
    • Pelaksanaan kegiatan kebutuhan  dan penyiapan bahan untuk  peningkatan status gizi masyarakat, peningkatan gizi masyarakat;
    • Pelaksanaan koordinasi dengan instansi /lembaga terkait
    • Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta pelaporan kegiatan ;
  2. Seksi Kesehatan Ibu, Anak dan Keluarga Berencana
    Mempunyai tugas  merencanakan, melaksanakan pembinaan dan  koordinasi serta pengawasan dan pengendalian kegiatan Kesehatan ibu, anak dan pelayanan medis keluarga berencana.

    Seksi Kesehatan Ibu, Anak Dan Keluarga Berencana mempunyai fungsi :
    • Perencanaan kegiatan pengumpulan data bahan perumusan usaha Kesehatan ibu, bayi baru lahir dan anak, wanita usia subur dan pelayanan medis keluarga berencana;
    • Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, penganalisisan data usaha Kesehatan ibu, bayi baru lahir dan anak, wanita usia subur dan pelayanan medis keluarga berencana;
    • Pelaksanaan kegiatan usaha Kesehatan ibu, bayi baru lahir dan anak, wanita usia subur dan pelayanan medis keluarga berencana
    • Pelaksanaan koordinasi dengan instansi /lembaga terkait Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta pelaporan kegiatan ;
  3. Seksi Kesehatan Remaja dan Lansia
    Mempunyai mempunyai   tugas merencanakan, melaksanakan   pembinaan dan koordinasi serta pengawasan dan pengendalian kegiatan Kesehatan remaja dan lansia.

    Seksi Kesehatan Remaja dan Lansia mempunyai  fungsi:
    • Perencanaan kegiatan pengumpulan data bahan perumusan Usaha Kesehatan remaja termasuk di institusi pendidikan setingkat SD sampai dengan SLTA  dan lansia;
    • Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, penganalisisan data Usaha Kesehatan remaja termasuk di institusi pendidikan setingkat SD sampai dengan SLTA  dan lansia;
    • Pelaksanaan kegiatan Usaha Kesehatan remaja termasuk di institusi pendidikan setingkat SD sampai dengan SLTA  dan lansia;
    • Pelaksanaan koordinasi dengan instansi /lembaga lainnya terkait Usaha Kesehatan remaja termasuk di institusi pendidikan setingkat SD sampai dengan SLTA  dan lansia;
    • Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta pelaporan kegiatan;


KONSEP PERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT


COMMUNITY HEALTH NURSING

A. DefenisiWorld Health Organisation (WHO 1959)
Perkesmas : mencakup perawatan kes.klg.meliputi kes.& kesejahteraan masyarakat luas, membantu masyarakat mengidentifikasi masalah kes. sendiri serta memecahkan masalah kesehatan sesuai dengan kemampuan yang ada pada mereka sebelum mereka meminta bantuan kepada orang lain.

- Rapat kerja kep. Kes. Masyarakat (1990)
Perkesmas : su/ bidang kep. yang merupakan perpaduan antara kep. dengan kes. masyarakat, dengan dukungan dan peran serta aktif masyarakat, serta mengutamakan promotif dan preventif, tanpa mengabaikan pel.kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu, ditujukan pada individu, klg,klp,masyarakat. sebagai satu kesatuan yang utuh melalui proses kep. untuk ikut f.kehidupan man.sec.optimal, sehingga mandiri dalam upaya kesehatannya.
- Departemen Kesehatan RI (1986)
Perkesmas : upaya kep. yang merupakan bagian integral dari pel.kes. yang dilaksanakan oleh perawat, dengan mengikut sertakan team kes. lainnya dan masy untuk memperoleh tink.kes. yang dari indiv,klg dan masyarakat
- Ruth B.Freeman (1981)
Perkesmas : kesatuan yang unik dari praktek kep dan kes.masy. yang ditujukan pada pengembangannya maupun secara kolektif sbg klg, klp khusus / masy.pel.ini mencakup pel.kes u/ masy.

B. Tujuan.
1. Tujuan Umum
Dalam kemandirian masy.dalam mengatasi masalah kep.kes masy.u/ mencapai derajat kesehatan yang optimal
2. Tujuan Khusus
a. Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat
b. Dalam kemampuan indiv.klg, klp khusus dan masy. untuk melaksanakan kep.dasar dalam rangka mengatasi mas.kes.
c. Tertanganinya klg rawan yang memerlukan pembinaan dan pel. kep.
d. Terlayaninya klp khusus / panti yang memerlukan pembinaan dan pel.kep
e. Terlayaninya kasus-kasus yang memerlukan tindak lanjut dan pel.kep.
f. Terlayaninya kasus-kasus resiko tinggi yang memerlukan pel.kep di puskesmas dan rumah

C. Sasaran perkesmas.
1. Individu
individu : bagian dari anggota klg,apabila indiv tsb memp.masalah kes/kep.krn ketidak mampuan merawat dirinya sendiri oleh sesuatu hal dan sebab, maka akan dapat mempengaruhi anggota klg lainnya, baik secara fisik, mental / sosial.
2. Keluarga.
Keluarga rawan : klg yang rawan terhadap kemungkinan timbulnya mas.kes. dan klg yang memiliki indiv.bermasalah
prioritas pel.perkesmas : klg rawan yang belum memanfaatkan pel .kes.
3. Kelompok Khusus
a. Klp khusus dengan keb.kes. khusus sbg.akibat perkembangan dan pertumbuhannya.ex: bayi baru lahir, anak balita, anak usia sekolah dan usila
b. Klp dengan kes.khusus yang memerlukan pengawasan dan bimbingan serta askep.ex:
- Penderita peny.menular : tbc, lepra, aids dan peny.kelamin
- Penderita peny.menular : dm, jantung coroner, cacat fisik dan g3 mental.
c. Klp yang memp.resiko terserang penyk.ex:wanita tuna susila, klp menyalahgunaan obat dan narkotika
d. Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi
4. Masyarakat.
Masyarakat : Sklp man.yang telah hidup dan bekerja sama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas yang telah ditetapkan dengan jelas.
Prioritas pel.perkesmas pada :
- Masy.didaerah endemis su/peny.ex : endemis malaria, filariasis, dhf, diare dll
- Masy.didaerah dengan keadaan link.kehidupan buruk,ex: didaerah kumuh perkotaan
- Masy.didaerah yang mempunyai masalah kesehatan menonjol dibandingkan dengan daerah sekitarnya, ex : daerah dengan akb.
- Masy.didaerah yang mempunyai kesenjangan pel.kes.lebih tinggi dari daerah sekitarnya ex: anc menurun,imunisasi menurun dll

D. Pelaksanaan Perkesmas.
1. Seluruh tenaga p di puskesmas merupakan pelaksana perawatan kesehatan masyarakat
2. Tenaga kesehatan non kep.terlibat secara aktif dalam bentuk kerjasama tim

E. Ruang Lingkup
Kegiatan yang ditekankan : promotif dan prepentif dan mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif
- Upaya promotif (peningkatan kesehatan)
• penyuluhan kes.masy dan tingkat gizi.
• pemeliharaannya kesehatan perseorangannya dan link
• olahraga secara teratur dan rekreasi
• pend.seks.

- Upaya Preventif (pencegahan)
• imunisasi massal pada anak balita dan ibu hamil
• pemeriksaan kesehatan secara berkala di posyandu, puskesmas, maupun dirumah
• pemberian vit.a dan yodium
• pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui
- Upaya Kuratif (merawat dan mengobati)
• home nursing
• perawatan orang sakit
• perawatan ibu hamil, bersalin dan nifas
• perawatan buah dada dan tali pusat bayi
- Upaya Rehabilitatif.(pemulihan kesehatan)
• latihan fisik bagi yang mengalami gangguan fisik : penderita kusta, patah tulang dan kelainan bawaan.
• latihan fisik tertentu bagi penderita penyakit tertentu ex:tbc, dengan latihan nafas dan batuk, strok mel.fisioterapi manual.

Resosiatif
Upaya untuk mengembalikan individu, klg dan klp khusus di dalam pergaulan masyarakat, klp yang diasingkan oleh masyarakat.ex : kusta, aids, wts dan wanita tuna wisma.

F. Kegiatan
 Memberikan askep langsungØ pada individu, klg,klp khusus baik dirumah, disekolah, posyandu dll.
Ø he. untuk merubah perilaku
 Konsultasi dan pemecahan masalah yangØ dihadapi
 Bimbingan dan pembinaanØ
 Sebagai penghubung antaraØ masyarakat dengan unit pel.kes lainnya
 Melaksanakan askep komunitasØ
Ø Melaksanakan koordinasi
 Kerjasama lintas program dan lintasØ sektoral dengan instansi terkait
 Memberikan ketauladananØ
 IkutØ serta dalam penelitian untuk pengembangan perkesmas

Kegiatan perkesmas di puskesmas dpt digolongkan:
1. Keg.didalam gedung puskesmas. seperti rawat jalan, rawat inap
2. Kegiatan diluar gedung puskesmas
a. Pembinaan kesehatan. terhadap sasaran perkesmas dalam wil.kerja puskesmas mel.daerah binaan kep.
b. Pembinaan kesehatan klp.khusus
c. Pembinaan kesehatan pada klg rawan
d. Pel. kep.tindak lanjut dirumah termasuk pembinaan terhadap klg.
e. Pel.kep.terhadap kasus resiko tinggi

KONSEP PUSKESMAS

Pengertian Puskesmas
  • Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja
  • UPT tugasnya adalah menyelenggarakan sebagian tugas teknis Dinas Kesehatan
  • Pembangunan Kesehatan maksudnya adalah penyelenggara upaya kesehatan
  • Pertanggung jawaban secara keseluruhan ada diDinkes dan sebagian ada di Puskesmas
  • Wilayah Kerja dapat berdasarkan kecamatan, penduduk, atau daerah terpencil

Visi Puskesmas
  • Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat
Indikator Kecamatan Sehat:
(1) lingkungan sehat,
(2) perilaku sehat,
(3) cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu
(4) derajat kesehatan penduduk kecamatan

Misi Puskesmas
  1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya
  2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya
  3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan
  4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya

Fungsi Puskesmas
  1. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan
  2. Pusat Pemberdayaan Masyarakat
  3. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
  4. Pelayanan Kesehatan Perorangan
  5. Pelayanan Kesehatan Masyarakat

Kedudukan
  • Sistem Kesehatan Nasional → sebagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama yang bertanggungjawab menyelenggarakan UKP dan UKM di wilayah kerjanya.
  • Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota → sebagai UPT Dinas Kesehatan yang bertanggungjawab menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan Kabupaten/kota di wilayah kerjanya.
  •  adalah sebagai unit pelaksana teknisàSistem Pemerintahan Daerah  dinas kesehatan kabupaten/kota yang merupakan unit struktural Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota bidang kesehatan di tingkat kecamatan.
  • Antar Sarana Pelayanan Kesehatan Strata Pertama → sebagai mitra dan sebagai pembina upaya kesehatan berbasis dan bersumberdaya masyarakat seperti Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa dan Pos UKK.

Struktur Organisasi
  • Kepala Puskesmas
  • Unit Tata Usaha:
  1. Data dan Informasi,
  2. Perencanaan dan Penilaian,
  3. Keuangan, Umum dan Kepegawaian
  • Unit Pelaksana Teknis Fungsional Puskesmas:
  1. UKM / UKBM
  2. UKP
  • Jaringan pelayanan Puskesmas:
  1. Unit Puskesmas Pembantu
  2. Unit Puskesmas Keliling
  3. Unit Bidan di Desa/Komunitas

Tata Kerja
  • Kantor Camat → koordinasi
  • Dinkes → UPT → bertanggung jawab ke Dinkes
  • Jaringan Pelayanan Kesehatan Strata Pertama → sebagi mitra
  • Upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat → sebagai pembina
  • Jaringan Pelayanan Kesehatan Rujukan →kerjasama
  • Lintas sektor → koordinasi
  • Masyarakat → perlu dukungan/partisipasi →BPP (Badan Penyantun Puskesmas)

Badan Penyantun Puskesmas (BPP)
Pengertian :
  • Suatu organisasi yang menghimpun tokoh-tokoh masyarakat peduli kesehatan yang berperan sebagai mitra kerja Puskesmas dalam menyelenggarakan upaya pembangunan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas.
Fungsi:
  • Melayani pemenuhan kebutuhan penyelenggaraan pembangunan kesehatan oleh Puskesmas (to serve)
  • Memperjuangkan kepentingan kesehatan dan keberhasilan pembangunan kesehatan oleh Puskesmas (to advocate)
  • Melaksanaan tinjauan kritis dan memberikan masukan tentang kinerja Puskesmas (to watch)

Upaya Puskesmas
  • Ada dua: UKM DAN UKP
  • Upaya kesehatan Wajib → upaya berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta punya daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat serta wajib diselenggarakan puskesmas di wilayah Indonesia.
  • Upaya Kesehatan Pengembangan → upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas

Upaya Kesehatan Wajib:
1. Upaya Promosi Kesehatan
2. Upaya Kesehatan Lingkungan
3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana
4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
5. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
6. Upaya Pengobatan

Upaya Kesehatan Pengembangan
1. Upaya Kesehatan Sekolah,
2. Upaya Kesehatan Olah Raga,
3. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat,
4. Upaya Kesehatan Kerja,
5. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut,
6. Upaya Kesehatan Jiwa
7. Upaya Kesehatan Mata,
8. Upaya Kesehatan Usia Lanjut,
9. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional.

Azas Penyelenggaraan
  • Azas Pertanggungjawaban Wilayah →bertanggung jawab meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya
  • Azas Pemberdayaan Masyarakat → Puskesmas wajib memberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat, agar berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya Puskesmas
  • Azas Keterpaduan
  1. Azas keterpaduan lintas program → MTBS, UKS, PUSLING, POSYANDU
  2. Azas Keterpaduan Lintas Sektor → UKS, GSI, UKK
  • Azas Rujukan
  1. Rujukan Upaya Kesehatan Perorangan → kasus, spesimen, ilmu pengetahuan
  2. Rujukan Upaya Kesehatan Masyarakat → sarana dan logistik, tenaga, operasional

Manajemen Puskesmas
  • P1: Perencanaan
  1. Rencana Usulan Kegiatan
  2. Rencana Pelaksanaan Kegiatan
  • P2: Pelaksanaan dan Pengendalian
  1. Pengorganisasian
  2. Penyelenggaraan
  3. Pemantauan
  • P3: Pengawasan dan Pertanggungjawaban
  • Pengawasan internal dan eksternal
  • Pertanggungjawaban

About Me.....

Foto saya
Semarang, Jawa Tengah, Indonesia
Praktisi keperawatan di Dinas Kesehatan Kota Semarang,dosen keperawatan,Clinical Instructure,dan saat ini diberi amanah memimpin PPNI KOTA SEMARANG dan Anggota Bidang Hukum Organisasi & Politik PPNI JAWA TENGAH serta sebagai Sekretaris Uji Kompetensi Perawat MTKP Jawa Tengah. Situs ini dibuat agar bisa memberikan manfaat bagi rekan-rekan sejawat. Silahkan untuk didownload dengan menyertakan link-nya.