Kamis, 31 Desember 2009

SELAMAT TAHUN BARU 2010

TAK TERASA WAKTU BERJALAN, HARI INI MENJELANG TAHUN BARU,KAMI MENGUCAPKAN SELAMAT TAHUN BARU, MUDAH-MUDAHAN DI TAHUN 2010 SEMUA CITA-CITA MENJADI KENYATAAN.
AMIEN...

Kamis, 24 Desember 2009

TUGAS MA ANATOMI AKBID KENDAL

Dalam rangka memenuhi tugas penunjang MA Anatomi Semester I Akademi Kebidanan Pemda Kabupaten Kendal TA 2009-2010,berikut ini syarat - syarat / tata cara pengumpulan tugas:
1. Tugas ini dikerjakan sendiri2 dan wajib bagi setiap mahasiswa Semester I Akbid Kendal yg sedang menempuh MA Anatomi.
2. Tugas berbentuk Makalah tentang materi Anatomi /fisiologi tubuh manusia dan kemudian dikumpulkan dalam bentuk softcopy MS. Words (ketikan komputer) dan dikirim melalui email ke "ns.harmoko@gmail.com".
3. Untuk itu setiap mahasiswa mengirim lemat "email sendiri",bukan milik mahasiswa lain/ orang lain dan kemudian dikirim ke alamat "ns.harmoko@gmail.com".
4. Panjang pendek makalah bebas,boleh pakai gambar/photo (jpeg,jpg,gif dll) kalo memang diperlukan,dan pada akhir halaman dicantumkan daftar pustaka/buku referensi yg digunakan(min. 2 buku).
5. Format tugas yg dikirim,diberi nama mahasiswa,nomor absen,NIM & nama alamat email sdri.

Berikut ini adalah daftar penugasan materi anatomi berdasarkan nomor urut absen mahasiswa baik kelas IA maupun IB :
1. Tubuh manusia & sel
2. Tulang & tulang rawan.
3. Cranium/Tengkorak
4. Vertebra
5. Dinding dada
6. Tulang Anggota gerak atas
7. Tulang anggota gerak bawah
8. Articulatio / persendian dan gerakan
9. Otot & jenisnya
10. Otot tubuh utama
11. Otot dinding perut & diafragma
12. Otot pelvis & punggung
13. Otot tungkai
14. Jantung
15. Pembuluh darah arteri
16. Pembuluh darah vena
17. Sirkulasi pulmonal,koroner,serebral & portal.
18. Saluran pernapasan atas.
19. Saluran pernapasan bawah.
20. Darah.
21. Sist. Urinari
22. Cairan & elektrolit.
23. Saluran pencernaan atas
24. Saluran pencernaan bawah
25. Hepar & sist. bilier
26. Nutrisi & metabolisme.
27. Kulit.
28. Regulasi tubuh
29. Sist. Limfatik
30. Sist. Endokrin
31. Sist. Saraf pusat
32. Sist. Saraf tepi
33. Sist. Saraf autonom
34. Mata / oculli & penglihatan
35. Telinga & pendengaran
36. Pertahanan tubuh.
37. Reproduksi pria
38. Reproduksi wanita
39. Hereditas
40. Embriologi manusia
41. Pertumbuhan & Perkembangan sesudah lahir.
42. Kehamilan
43. Kelainan kehamilan
44. persalinan normal
45. Kelainan pd persalinan
46. Nifas
47. Manajemen Laktasi
48. Kontrasepsi
49. Haid & siklusnya
50. Kanker cervix.

Catatan:
-Bagi mahasiswa Akbid Kendal semester 3 dan 5 yang belum lulus nilai anatomi memilih salah satu materi yang sesuai dengan nomor absen masing -masing kelas .

-Tugas dikumpulkan selambat2nya 1 minggu sebelum UAS.

Minggu, 20 Desember 2009

Diabetik Mellitus & Gangren Diabetik

Diabetik Mellitus
2.3.1 Pengertian
Diabetes Mellitus adalah penyakit metabolik ( kebanyakan herediter ) sebagai akibat dari kurangnya efektif insulin ( pada DM-Tipe 2 ) atau insulin absolut ( pada DM-Tipe 1 ) di dalam tubuh, dengan tanda tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan gejala klinik acut ( poliuria, polidipsia, penurunan berat badan ), dan atupun gejala kronik atau kadang-kadang tanpa gejala ; gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat, dan sekunder pada metabolisme lemak dan protein ( Tjokroprawiro A, 1998 : hal 5 )

Klasifikasi Diabetes mellitus
Menurut Tjokroprawiro A, 1998, hal : 8 bahwa, klasifikasi Diabete Mellitus sebagai berikut :
DM Tipe 1
Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut
DM Tipe 2
Bervariasi mulai yang terutama dominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang terutama defek sekresi insulin disertai resistensi insulin.
DM Tipe Lain
1). Defek genetik sel beta
2). Defek genetik kerja insulin
3). Penyakit eksokrin pankreas
4). Endokrinopati
5). Karena obat / zat kimia
6). Infeksi
7). Imunologi
8). Syndrom genetik lain yang berkaitan dengan DM
Diabetes mellitus Gestasional ( DMG )

Faktor-faktor resiko tinggi untuk DM
Menurut Tjokroprawiro A, 1998, hal : 11. Faktor resiko tinggi untuk DM adalah :
Kelompok usia dewasa tua ( > 45 tahun )
Kegemukan
Tekanan darah tinggi ( > 140 / 90 mmHg )
Riwayat keluarga DM
Riwayat kehamilan dengan berat badan lahir bayi > 4000 gram
Riwayat DM pada kehamilan
Dislipidemia ( HDL < 35 mg/dl dan atau trigliserida > 250 mg/dl )
Pernah TGT atau Glukosa Darah Puasa Terganggu ( GDPT )

Gejala klinik Diabetes Mellitus
Gejala klinik Dm adalah : " Trias Sindrom Diabetik Acut " yaitu : polidisi, poliuri dan berat badan menurun, dan gejala kronis yang sering terjadi adalah lemah badan, kesemutan, penurunan kemampuan seksual, gangguan penglihatan yang sering berubah, kaku otot, kaku sendi dan lain-lain ( Tjokroprawiro A, 1998 hal : 16 )

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dasar terapi DM " Pentalogi Terapi DM " menurut Tjokroprawiri A, 1998 hal : 22 sebagai berikut :
Diet
Latihan fisik
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat ( PKM )
Obat hipoglikemia ( OHO dan Insulin )
Cangkok Pankreas

2.4 Gangren Diabetik
2.4.1 Pengertian
Gangren atau pemakan luka didefinisikan sebagaii jaringan nekrosis atau jaringan mati yang disebabkan oleh adanya emboli pembuluh darah besar arteri pada bagian tubuh sehingga suplai darah terhenti. Dapat terjadi sebagai akibat proses inflamasi yang memanjang; perlukaan (digigit serangga, kecelakaan kerja atau terbakar); proses degeneratif (arteriosklerosis) atau gangguan metabolik diabetes mellitus (Tabber, dikutip Gitarja, 1999, hal. 13).
Ganggren diabetik adalah nekrosis jaringan pada bagian tubuh perifer akibat penyakit diabetes mellitus. Biasanya gangren tersebut terjadi pada daerah tungkai. Keadaan ini ditandai dengan pertukaran sekulitis dan timbulnya vesikula atau bula yang hemoragik kuman yang biasa menginfeksi pada gangren diabetik adalah streptococcus (Soeatmaji, 1999, hal. 687).

2.4.2 Faktor resiko terjadinya gangren diabetik
Berbagai faktor resiko yang dapat mempengaruhi timbulnya gangren diabetik adalah neuropati, iskemia, dan infeksi. (Sutjahyo A, 1998; hal. 3)
Iskemia disebabkan karena adanya penurunan aliran darah ke tungkai akibat makroangiopati ( aterosklerosis ) dari pembuluh darah besar di tungkai terutama pembuluh darah di daerah betis. Angka kejadian gangguan pembuluh darah perifer lebih besar pada diabetes millitus dibandingkan dengan yang bukan diabetes millitus. Menurut Ari Sutjahjo (1998; hal. 3) hal ini disebabkan karena beberapa faktor. Resiko lebih banyak dijumpai pada diabetes mellitus sehingga memperburuk fungsi endotel yang berperan terhadap terjadinya proses atherosklerosis. Kerusakan endotel ini merangsang agregasi platelet dan timbul trombosis, selanjutnya akan terjadi penyempitan pembuluh darah dan timbul hipoksia. Ischemia atau gangren pada kaki diabetik dapat terjadi akibat dari atherosklerosis yang disertai trombosis, pembentukan mikro trombin akibat infeksi, kolesterol emboli yang bersal dari plak atheromatous dan obat-obat vasopressor. Gambaran klinik yang tampak adalah penderita mengeluh nyeri tungkai bawah waktu istirahat, kesemutan, cepat lelah, pada perabaan terasa dingin, pulsasi pembuluh darah kurang kuat dan didapatkan ulkus atau gangren.
Adanya neurophaty perifer akan menyebabkan gangguan sensorik maupun motorik. Gangguan sensorik akan menyebabkan hilangnya atau menurunnya sensasi nyeri pada kaki, sehingga penderita akan mengalami trauma tanpa terasa, yang mengakibatkan terjadinya atropi pada otot kaki sehingga merubah titik tumpu yang mengakibatkan pula terjadinya ulkus pada kaki. Ulkus yang terjadi pada kaki diabetik umumnya diakibatkan karena trauma ringan, ulkus ini timbul didaerah-daerah yang sering mendapat tekanan atau trauma pada telapak kaki, hal ini paling sering terjadi, didaerah sendi metatarsofalangeal satu dan lima didaerah ibu jari kaki dan didaerah tumit. Mula-mula inti penebalan hiper keratotik dikulit telapak kaki, kemudian penebalan tersebut mengalami trauma disertai dengan infeksi sekunder. Ulkus terjadi makin lama makin dalam mencapai daerah subkutis dan tampak sebagaii sinus atau kerucut bahkan sampai ketulang.
Infeksi sendiri jarang merupakan faktor tunggal untuk terjadinya gangren. Infeksi lebih sering merupakan komplikasi yang menyertai gangren akibat ischemia dan neuropathy. Ulkus berbentuk bullae, biasanya berdiameter lebih dari satu sentimeter dan terisi masa, sisa-sisa jaringan tanduk, lemak pus dan krusta diatas dasar granulomatous. Ulkus berjalan progresif secara kronik, tidak terasa nyeri tetapi kadang-kadang ada rasa sakit yang berasal dari struktur jaringan yang lebih dalam atau lebih luar dari luka. Bila krusta dan produk-produk ulkus dibersihkan maka tampak ulkus yang dalam seperti kerucut, ulkus ini dapat lebih progresif bila tidak diobati dan dapat terjadi periostitis atau osteomyelitis oleh infeksi sekunder akibatnya timbul osteoporosis, osteolisis dan destruktif tulang.

2.4.3 Gejala Umum
Penderita dengan gangren diabetik, sebelum terjadi luka keluhan yang timbul adalah berupa kesemutan atau kram, rasa lemah dan baal pada tungkai dan nyeri pada waktu istirahat. Akibat dari keluhan ini, maka apabila penderita mengalami trauma atau luka kecil hal tersebut tidak dirasakan. Luka tersebut biasanya disebabkan karena penderita tertusuk atau terinjak paku kemudian timbul gelembung-gelembung pada telapak kaki. Kadang menjalar sampai punggung kaki dimana tidak menimbulkan rasa nyeri, sehingga bahayanya mudah terjadi infeksi pada gelembung tersebut dan akan menjalar dengan cepat (Sutjahyo A, 1998, hal : 7 ). Apabila luka tersebut tidak sembuh-sembuh, bahkan bertambah luas baru penderita menyadari dan mencari pengobatan. Biasanya gejala yang menyertai adalah kemerahan yang makin meluas, rasa nyeri makin meningkat, panas badan dan adanya nanah yang makin banyak serta adanya bau yang makin tajam.

2.4.4 Pengobatan dan perawatan
Pengobatan dari gangren diabetik sangat dipengaruhi oleh derajat dan dalamnya ulkus, apabila dijumpai ulkus yang dalam harus dilakukan pemeriksaan yang seksama untuk menentukan kondisi ulkus dan besar kecilnya debridement yang akan dilakukan. Dari penatalaksanaan perawatan luka diabetik ada beberapa tujuan yang ingin dicapai, antara lain :
Mengurangi atau menghilangkan faktor penyebab
Optimalisasi suanana lingkungan luka dalam kondisi lembab
Dukungan kondisi klien atau host (nutrisi, kontrol DM, kontrol faktor penyerta)
Meningkatkan edukasi klien dan keluarga
Perawatan luka diabetik
Mencuci luka
Mencuci luka merupakan hal pokok untuk meningkatkan, memperbaiki dan mempercepat proses penyembuhan luka serta menghindari kemungkinan terjaadinya infeksi. Proses pencucian luka bertujuan untuk membuang jaringan nekrosis, cairan luka yang berlebihan, sisa balutan yang digunakan dan sisa metabolik tubuh pada permukaan luka. Cairan yang terbaik dan teraman untuk mencuci luka adalah yang non toksik pada proses penyembuhan luka (misalnya NaCl 0,9%). Penggunaan hidrogenperoxida, hypoclorite solution dan beberapa cairan debridement lainnya, sebaliknya hanya digunakan pada jaringan nekrosis / slough dan tidak digunakan pada jaringan granulasi. Cairan antiseptik seperti provine iodine sebaiknya hanya digunakan saat luka terinfeksi atau tubuh pada keadaan penurunan imunitas, yang kemudian dilakukan pembilasan kembali dengan saline. (Gitarja, 1999; hal. 15).

Debridement
Debridement adalah pembuangan jaringan nekrosis atau slough pada luka. Debridement dilakukan untuk menghindari terjadinya infeksi atau selulitis, karena jaringan nekrosis selalu berhubungan dengan adanya peningkatan jumlah bakteri. Setelah debridement, jumlah bakteri akan menurun dengan sendirinya yang diikuti dengan kemampuan tubuh secara efektif melawan infeksi. Secara alami dalam keadaan lembab tubuh akan membuang sendiri jaringan nekrosis atau slough yang menempel pada luka (peristiwa autolysis). Autolysis adalah peristiwa pecahnya atau rusaknya jaringan nekrotik oleh leukosit dan enzim lyzomatik. Debridement dengan sistem autolysis dengan menggunakan occlusive dressing merupakan cara teraman dilakukan pada klien dengan luka diabetik. Terutama untuk menghindari resiko infeksi. (Gitarja W, 1999; hal. 16).

Terapi Antibiotika
Pemberian antibiotika biasanya diberikan peroral yang bersifat menghambat kuman gram positip dan gram negatip. Apabila tidak dijumpai perbaikan pada luka tersebut, maka terapi antibiotika dapat diberikan perparenteral yang sesuai dengan kepekaan kuman. (Sutjahyo A, 1998; hal. 8).

Nutrisi
Faktor nutrisi merupakan salah satu faktor penting yang berperan dalam penyembuhan luka. Penderita dengan ganren diabetik biasanya diberikan diet B1 dengan nilai gizi : yaitu 60% kalori karbohidrat, 20% kalori lemak, 20% kalori protein. (Tjokroprawiro, A, 1998; hal. 26).

Pemilihan jenis balutan
Tujuan pemilihan jenis balutan adalah memilih jenis balutan yang dapat mempertahankan suasana lingkungan luka dalam keadaan lembab, mempercepat proses penyembuhan hingga 50%, absorbsi eksudat / cairan luka yanag keluar berlebihan, membuang jaringan nekrosis / slough (support autolysis ), kontrol terhadap infeksi / terhindar dari kontaminasi, nyaman digunakan dan menurunkan rasa sakit saat mengganti balutan dan menurunkan jumlah biaya dan waktu perawatan (cost effektive). Jenis balutan: absorbent dressing, hydroactive gel, hydrocoloid. (Gitarja, 1999; hal. 16).
Selain pengobatan dan perawatan diatas, perlu juga pemeriksaan Hb dan albumin minimal satu minggu sekali, karena adanya anemia dan hipoalbumin akan sangat berpengaruh dalam penyembuhan luka. Diusahakan agar Hb lebih 12 g/dl dan albumin darah dipertahankan lebih 3,5 g/dl. Dan perlu juga dilakukan monitor glukosa darah secara ketat, Karena bila didapatkan peningkatan glukosa darah yang sulit dikendalikan, ini merupakan salah satu tanda memburuknya infeksi yang ada sehingga luka sukar sembuh.
Untuk mencegah timbulnya gangren diabetik dibutuhkan kerja sama antara dokter, perawat dan penderita sehingga tindakan pencegahan, deteksi dini beserta terapi yang rasional bisa dilaksanakan dengan harapan biaya yang besar, morbiditas penderita gangren dapat ditekan serendah-rendahnya. Upaya untuk pencegahan dapat dilakukan dengan cara penyuluhan dimana masing-masing profesi mempunyai peranan yang saling menunjang.
Dalam memberikan penyuluhan pada penderita ada beberapa petunjuk perawatan kaki diabetik (Sutjahyo A, 1998; hal. 8):
Gunakan sepatu yang pas dan kaos kaki yang bersih setiap saat berjalan dan jangan bertelanjang kaki bila berjalan
Cucilah kaki setiap hari dan keringkan dengan baik serta memberikan perhatian khusus pada daerah sela-sela jari kaki
Janganlah mengobati sendiri apabila terdapat kalus, tonjolan kaki atau jamur pada kuku kaki
Suhu air yang digunakan untuk mecuci kaki antara 29,5 – 30 derajat celsius dan diukur dulu dengan termometer
Janganlah menggunakan alat pemanas atau botol diisi air panas
Langkah-langkah yang membantu meningkatkan sirkulasi pada ekstremitas bawah yang harus dilakukan, yaitu :
Hindari kebiasaan merokok
Hindari bertumpang kaki duduk
Lindungi kaki dari kedinginan
Hindari merendam kaki dalam air dingin
Gunakan kaos kaki atau stoking yang tidak menyebabkan tekanan pada tungkai atau daerah tertentu
Periksalah kaki setiap hari dan laporkan bila terdapat luka, bullae kemerahan atau tanda-tanda radang, sehingga segera dilakukan tindakan awal
Jika kulit kaki kering gunakan pelembab atau cream

Konsep Dasar Model Adaptasi Roy

Model Roy memfokuskan pada konsep adaptasi manusia (person), keperawatan, sehat, lingkungan dan aktivitas keperawatan yang semuanya saling berhubungan satu sama lain. Lima (5) elemen utama Roy Adaptation Model. (Dikutip Haryanto J, 2001; hal. 47)
2.1.1 Person
Penerima asuhan keperawatan bisa seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat. Masing-masing dilihat sebagaii Holistic adaptive System. Sistem adaptasi ini merupakan gabungan antara adaptasi dan sistem. Roy memandang seseorang secara menyeluruh (holistik) yang merupakan suatu kesatuan. Salah satu ciri sistem adalah keterbukaan. Dunn, seorang tokoh dalam teori sistem mengatakan bahwa unit terkecil dari kehidupan adalah sel. Sel adalah sistem terbuka, dari luar sel mendapatkan zat-zat yang dibutuhkan sel untuk hidup sedangkan dari dalam ia harus memelihara kehidupan molekul atau organ-organ selnya. Interaksi yang konstan antara person dengan lingkungan akan dapat mengakibatkan perubahan baik internal naupun eksternal. Dalam menghadapi perubahan ini manusia harus memelihara integritas dirinya dan ia selalu beradaptasi sehingga manusia (person) dianggap sebagaii "holistic adaptive system" yaitu sistem yang selalu beradaptasi secara menyeluruh.
Mengaplikasikan individu sebagaii sistem yang holistik, masing-masing aspek dari individu membentuk unfied being. Sebagaii living system seseorang secara konstan berinteraksi dengan lingkungan, sehingga antara sistem dan lingkungan terjadi pertukaran informasi, materi dan energi yang akan dapat menimbulkan respon. Ini merupakan pengaruh dari keterbukaan sistem.
Sistem adaptasi mendapatkan input dan menimbulkan output. Roy mengidentifikasi input sebagaii stimulus. Stimulus merupakan suatu kesatuan informasi, bahan-bahan atau hal-hal atau energi dari lingkungan atau dari dalam diri seseorang itu sendiri yang dapat menimbulkan respon. Tingkat adaptasi seseorang tergantung dari stimulus yang diterima dan yang masih dapat di adaptasi secara biasa. Rentang respon ini adalah unik untuk setiap person. Setiap tingkat adaptasi setiap person selalu berubah-ubah, karena dipengaruhi oleh mekanisme koping (upaya penanganan) person tersebut.
Roy mengidentifikasi Output sebagaii prilaku. Prilaku yang terlihat dapat secara eksternal maupun internal. Hal ini dapat diobservasi, di ukur atau secara subyektif melalui wawancara sebagaii yang dilaporkan person. Prilaku ini merupakan umpan balik untuk sistem. Roy mengkategorikan output sistem sebagaii respon yang adaptif atau respon yang mal adaptif. Respon adaptif dapat meningkatkan integritas person.
Integritas person secara keseluruhan dapat terlihat bila person tersebut mampu untuk melaksanakan tujuan yang berkenan dengan kelangsungan hidup (Survival), perkembangan (Growth), reproduksi dan keunggulan (Mastery), sedangkan respon yang tidak effektif (Mal-adaptive) tidak mendukung terciptanya : kelangsungan hidup (Survival), perkembangan (Growth), reproduksi dan keunggulan (Mastery).
Roy telah menggunakan bentuk mekanisme koping untuk menjelaskan proses kontrol person sebagaii adaptive system. Beberapa mekanisme koping diwariskan atau genetik, seperti sel darah putih, sebagaii sistem pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme asing. Mekanisme yang lain yang dipelajari seperti penggunaan antiseptik untuk membersihkan luka. Roy memperkenalkan konsep ilmu keperawatan yang unik yaitu mekanisme kontrol.
Mekanisme kontrol ini disebut "Regulator" dan "Cognator" Roy adaptation model's menganggap mekanisme koping regulator dan cognator adalah subsistem.
Person, An Adaptation System
INPUT PROSES EFEKTOR OUTPUT


Keterangan :
An adaptive System, ada input (dalam / luar) yang merupakan rangsangan (info, matter, energy) dan timbul respon sejalan dengan rangsangan itu level adaptasi seseorang bertindak sebagaii adaptive system.
Level Adaptasi : merupakan rentang dari stimuli dimana seseorang dapat merespon secara adaptive dengan usaha yang biasa (ordinary).
Rentang respon ini unik bagi individu dan dipengaruhi oleh mekanisme koping individu.
Output, dari person sebagai sistem adalah perilaku.
Regulator sebagai subsistem mempunyai komponen-komponen seperti : Input, proses internal dan output. Transmiter regulator sistem adalah chemical, neural atau endocrine. Automatic refleks adalah respon neural dalam brain stem dan spinal cord yang diteruskan sebagai perilaku dari regulator subsistem. Banyak proses fisiologis yang dapat dinilai sebagai prilaku regulator subsistem.
Misal : Bila tubuh terdapat peningkatan terhadap kadar CO2 maka chemoreseptor di medulla oblongata akan terangsang untuk meningkatkan frekuensi sehingga hasilnya terjadi peningkatan ventilasi 6 sampai 7 kali.
Cognator subsistem, Stimulus untuk subsistem bisa eksternal maupun internal. Sedangkan output yang dihasilkan berupa prilaku. Kognator kontrol proses berhubungan dengan fungsi otak dalam memproses informasi, penilaian dan emosi. Persepsi atau proses informasi berhubungan dengan proses internal dalam memilih atensi, mencatat dan memori.



Neural Spinal Cord Brain Respon
Stem Refleks Efektor refleks
Otonom otomatis
STIMULI
INTERNAL
Chemical


Intact ë jalan ke 8 ë Respon Respon
Circulation dari CNS ë Kelenjar ë Output ë organ
ë Respon endokrin hormon target
Tubuh
Jaringan
Chemical


STIMULI Respon
EKSTERNAL Persepsi ë Memori ë organ
Pendek target ë
Efektor
jaringan
Neural

Memori
Panjang


Belajar berkolerasi dengan proses imitasi, reeforcement (penguatan) dan insight (pengertian yang mendalam). Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan adalah proses internal yang berhubungan dengan penilaian atau analisa. Emosi adalah proses pertahanan untuk mencari keringanan, mempergunakan penilaian dan kasih sayang.


STIMULI
INTERNAL

ëRespon ë Effektor


STIMULI
EKSTERNAL

Gambar : Cognator subsistem menurut Roy's Model
Untuk menggambarkan proses internal seseorang sebagaii sistem adaptif, lebih lanjut Roy mengemukakan sistem efektor yang merupakan adaptive modes yang terdiri dari empat aspek, yaitu :
Fungsi fisiologi
Konsep diri
Fungsi Peran
Interdependence
Mekanisme regulator dan cognator berfungsi dalam keempat model diatas. Manifestasi tingkat adaptasi seseorang mencerminkan penggunaan mekanisme koping. Perawat mempunyai tugas mengobservasi dan identifikasi perilaku seseorang sebagaii responnya (adaptive/ineffective) dalam situasi sehat-sakit.
Fungsi Fisiologi
Oksigenasi, menjelaskan penggunaan O2 sehubungan dengan respirasi dan sirkulasi.
Nutrisi, berkaitan dengan zat gizi.
Eliminasi, menjelaskan pola-pola latihan / kerja.
Indera perasa, menjelaskan fungsi sensori-persepsual.
Cairan dan elektrolit, menjelaskan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.
Fungsi neurologis, menjelaskan pola neural kontrol dan pengaturan intelektual.
Fungsi endokrin, menjelaskan pola pengaturan respon stress dan sistem reproduksi.
Konsep Diri
Mengenal pola-pola nilai keyakinan, emosi yang berhubungan dengan gambaran diri mengenai :
Physical Self
Personal Self
Moral – Ethical Self
Fungsi Peran
Mengenai pola interaksi sosial seseorang dalam hubungannya dengan orang lain
yang dicerminkan oleh peran primer, sekunder dan tersier.

Interdependence
Nilai-nilai manusiawi yang terjadi pada proses hubungan interpersonal yang berupa kasih sayang, cinta dan ketegasan.
Keempat adaptive model ini mencoba menjawab kepada, "bagaimana seseorang beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi".
2.1.2 Keperawatan
Keperawatan bertujuan untuk membantu individu dalam usaha adaptasi dengan menata lingkungan, sehingga dapat tercapai tingkat kesehatan yang maksimal. Sebagaii sistem yang terbuka, individu menerima input atau stimulus baik dari lingkungan maupun diri sendiri. Tujuan keperawatan adalah membantu manusia (individu) untuk meningkatkan kemampuan beradaptasi terhadap kebutuhan fisik, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi, serta hubungan saling ketergantungan selama sehat dan sakit (Ann Marriner, 1986, hal 301).
2.1.3 Lingkungan
Lingkungan adalah seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. Lingkungan adalah input kedalam diri seseorang sebagai sistem adaptasi yang melibatkan baik faktor internal maupun eksternal (Ann Marriner, 1986, hal 301).
Dengan demikian perubahan lingkungan menuntut peningkatan penggunaan energi untuk dapat beradaptasi. Faktor-faktor dalam lingkungan yang mempengaruhi seseorang dikategorikan sebagaii stimulus fokal, konseptual dan residual.

2.1.4 Kesehatan
Kesehatan dan penyakit tidak dapat dielakkan dari pengalaman total kehidupan seseorang (Ann Marriner, 1986, hal 301).
Kesehatan terjadi ketika manusia secara kontinyu beradaptasi terhadap stimulus, sehingga mereka bebas merespons stimulus yang lainnya. Pembebasan energi dari usaha-usaha penanggulangan yang tidak efektif dapat meningkatkan kesembuhan dan kesehatan.
Aktivitas Keperawatan
Suatu tindakan keperawatan untuk memanipulasi rangsangan fokal, contextual dan residual terhadap seseorang. Perawat mengantisipasi potensial inefektif respon terhadap rangsangan tertentu yang terjadi pada situasi tertentu atau menyiapkan seseorang untuk mengantisipasi perubahan dan memperkuat mekanisme koping.

Sabtu, 19 Desember 2009

Kepemimpinan dalam Keperawatan

Definisi kepemimpinan
Kepemimpinan didefinisikan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi, menggerakkan dan mengarahkan suatu tindakan pada diri seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu pada situasi tertentu (Sujak, 1990). Menurut Robbin (1996), kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok ke arah tercapainya tujuan. Koonzt (1984), bahwa kepemimpinan sebagai pengaruh, seni atau proses mempengaruhi orang-orang sehingga mereka akan berusaha mencapai tujuan kelompok dengan kemampuan dan antusias. Dari beberapa pengertian kepemimpinan tersebut, Manduh (1997) memberikan pengertian singakat tentang kepemimpinan yaitu proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas-aktivitas tugas dari orang-orang dalam kelompok.
Dalam kepemimpinan terdapat beberapa kegiatan kepemimpinan. Menurut Gillies (1997) untuk mencapai kepemimpinan yang efektif harus dilaksanakan kegiatan penugasan dan memberikan pengarahan, memberikan bimbingan, mendorong kerja sama dan partisipasi, mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan, observasi dan supervisi serta evaluasi dari hasil penampilan kerja. Pemimpin yang efektif adalah seorang katalisator dalam memudahkan interaksi yang efektif diantara tenagakerja, bahan dan waktu. Untuk dapat melaksanakan tugas tersebut, maka seorang pemimpin harus memiliki pengetahuan yang luas dan kompleks tentang sistem manusia, mempunyai kemampuan hubungan antar manusia terutama dalam mempengaruhi orang lain dan memiliki sekelompok nilai-nilai dalam mengenal orang lain dengan baik. Di samping itu, pemimpin harus mempertimbangkan kewaspadaan diri, karakteristik kelompok, karakteristik individu serta motivasi yang ada dalam menggerakkan orang lain dalam mencapai tujuan organisasi.
2.1.2 Pendekatan/Teori Kepemimpinan
Dalam mengembangkan model kepemimpinan terdapat beberapa teori yang mendasari terbentuknya gaya kepemimpinan. Menurut Whitaker (1996), ada empat macam pendekatan kepemimpinan yaitu:
1) Teori Bakat
Teori bakat terdiri dari bakat intelegensi dan kepribadian. Kemampuan ini merupakan bawaan sejak lahir yang mempunyai pengaruh besar dalam kepemimpinan. Beberapa hal yang menonjol pada teori bakat adalah kepandaian berbicara, kemampuan/keberanian dalam memutuskan sesuatu, penyesuaian diri, percaya diri, kreatif, kemampuan interpersonal dan prestasi yang dapat menjadi bekal dalam membentuk kepemimpinan sehingga seseorang pemimpin dapat mempengaruhi bawahannya.
2) Teori Perilaku
Teori perilaku kepemimpinan memfokuskan pada perilaku yang dipunyai oleh pemimpin dan yang membedakan dirinya dari non pemimpin. Menurut teori ini seorang pemimpin dapat mempelajari perilaku pemimpin supaya dapat menjadi pemimpin yang efektif. Dengan demikian teori perilaku kepemimpinan lebih sesuai dengan pandangan bahwa pemimpin dapat dipelajari, bukan bawaan sejak lahir.
3) Teori Situasi (Contingency)
Teori situasi mengasumsikan bahwa tidak ada satu gaya kepemimpinan yang paling baik, tetapi kepemimpinan tergantung pada situasi, bentuk organisasi, kekuasaan atau otoriter dari pemimpin, pekerjaan yang kompleks dan tingkat kematangan bawahan.
4) Teori Transformasi
Teori transformasi mengasumsikan bahwa pemimpin mampu melakukan kepemimpinannya dalam situasi yang sangat cepat berubah atau situasi yang penuh krisis. Menurut Bass (Dikutip Gibson, 1997) seorang pemimpin transformasional adalah seorang yang dapat menampilkan kepemimpinan yang kharismatik, penuh inspirasi, stimulasi intelektual dan perasaan bahwa setiap pengikut diperhitungkan.
2.1.3 Gaya Kepemimpinan
Gaya diartikan sebagai cara penampilan karakteristik atau tersendiri. Menurut Follet (1940), gaya didefiniskan sebagai hak istimewa tersendiri dari si ahli dengan hasil akhir dicapai tanpa menimbulkan isu sampingan. Gillies (1997), menyatakan bahwa gaya kepemimpinan dapat diidentifikasikan berdasarkan perilaku pemimpin. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh pengalaman bertahun-tahun dalam kehidupannya, oleh karena itu kepribadian seseorang akan mempengaruhi gaya kepemimpinan yang digunakan. Gaya kepemimpinan seseorang cenderung sangat bervariasi dan berbeda-beda. Menurut para ahli ada beberapa gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan dalam suatu organisasi antara lain:
1) Gaya Kepemimpinan menurut Tannenbau dan Warren H. Schmidt.
Menurut kedua ahli tersebut, gaya kepemimpinan dapat dijelaskan melalui dua titik ekstrim yaitu kepemimpinan berfokus pada atasan dan kepemimpinan berfokus pada bawahan. Gaya tersebut dipengaruhi oleh faktor manajer, faktor karyawan dan faktor situasi. Jika pemimpin memandang bahwa kepentingan organisasi harus didahulukan dibandingkan kepentingan individu, maka pemimpin akan lebih otoriter. Jika bawahan mempunyai pengalaman yang lebih baik, menginginkan partisipasi, maka pemimpin dapat menerapkan gaya partisipasi.
Gaya Kepemimpinan menurut Likert
Likert mengelompokan gaya kepemimpinan dalam empat sistem yaitu:
Sistem Otoriter-Eksploitatif
Pemimpin tipe ini sangat otoriter, mempunyai kepercayaan yang rendah terhadap bawahannya, memotivasi bawahan melalui ancaman atau hukuman. Komunikasi yang dilakukan satu arah ke bawah (top-down).

(2) Sistem Benevolent-Authoritative
Pemimpin mempercayai bawahan sampai tingkat tertentu, memotivasi bawahan dengan ancaman atau hukuman tetapi tidak selalu dan membolehkan komunikasi ke atas. Pemimpin memperhatikan ide bawahan dan mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan meskipun masih melakukan pengawasan yang ketat.
(3) Sistem Konsultatif
Pemimpin mempunyai kepercayaan terhadap bawahan cukup besar. Pemimpin menggunakan balasan (insentif) untuk memotivasi bawahan dengan kadang-kadang menggunakan ancaman atau hukuman. Komunikasi dua arah dan membolehkan keputusan spesifik dibuat oleh bawahan.
(4) Sistem Partisipatif
Pemimpin mempunyai kepercayaan sepenuhnya terhadap bawahan, selalu memamfaatkan ide bawahan, menggunakan insentif ekonomi untuk memotivasi bawahan. Komunikasi dua arah dan menjadikan bawahan sebagai kelompok kerja.

Gaya Kepemipinan menurut Teori X dan Teori Y
Teori ini di kemukakan oleh Douglas Mc Gregor dalam bukunya "The Human Side of Enterprise" (1960), menyebutkan bahwa perilaku seseorang dalam suatu organisasi dapat dikelompokan dalam dua kutub utama yaitu sebagai Teori X dan Teori Y. Teori X diasumsikan bahwa pemimpin itu tidak menyukai pekerjaan, kurang ambisi, tidak mempunyai tanggung jawab, cendrung menolak perubahan dan lebih suka dipimpin daripada memimpin. Sebaliknya Teori Y diasumsikan bahwa pemimpin itu senang bekerja, bisa menerima tanggung jawab, mampu mandiri, mampu mengawasi diri, mampu berimajinasi dan kreatif. Dari teori ini, gaya kepemimpinan dibedakan menjadi empat macam yaitu:
Gaya kepemimpinan ditaktor
Gaya kepemimpinan yang dilakukan dengan menimbulkan ketakutan serta menggunakan ancaman dan hukuman merupakan bentuk dari pelaksanaan teori X
(2) Gaya kepemimpinan autokratis
Pada dasarnya hampir sama dengan gaya kepemimpinan ditaktor namun bobotnya agak kurang. Segala keputusan berada ditangan pemimpin, pendapat dari bawahan tidak pernah dibenarkan, Gaya ini juga merupakan pelaksanaan dari teori X.
(3)Gaya kepemimpinan demokratis
Ditemukan adaya peran serta bawahan dalam pengambilan keputusan yang dilakukan secara musyawarah. Gaya kepemimpinan ini pada dasarnya sesuai dengan teori Y.
(4) Gaya kepemimpinan santai
Peranan pemimpin hampir tidak terlihat karena segala keputusan diserahkan pada bawahan. Gaya kepemimpinan ini sesuai dengan teori Y (Azwar, 1996).

3) Gaya kepemimpinan menurut Robert House
Berdasarkan teori motivasi pengharapan, Robert House mengemukakan empat gaya kepemimpinan yaitu:
(1) Directive
Pemimpin menyatakan kepada bawahan tentang bagaimana melaksanakan suatu tugas. Gaya ini mengandung arti bahwa pemimpin berorientasi pada hasil.
(2) Supportive
Pemimpin berusaha mendekatkan diri dengan bawahan dan bersikap ramah terhadap bawahan.
(3) Participative
Pemimpin berkonsultasi dengan bawahan untuk mendapatkan masukan dan saran dalam rangka pengambilan keputusan.
Achievement oriented
Pemimpin menetapkan tujuan yang menantang dan mengharapkan bawahan berusaha untuk mencapai tujuan tersebut seoptimal mungkin (Sujak, 1990).
4) Gaya kepemimpinan menurut Hersey dan Blanchard
Ciri-ciri gaya kepemimpinan menurut Hersey dan Blanchard meliputi:
Instruksi
- Tinggi tugas dan rendah hubungan
- Komunikasi searah
- Pengambilan keputusan berada pada pimpinan,peran bawahan sangat minimal.
- Pemimpin banyak memberikan pengarahan atau instruksi yang spesifik serta mengawasi dengan ketat.
(2) Konsultasi
- Tinggi tugas dan tinggi hubungan
- Komunikasi dua arah
- Peran pemimpin dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan cukup besar, bawahan diberi kesempatan untuk memberi masukan dan menampung keluhan.
(3) Partisipasi
- Tinggi hubungan rendah tugas
- Pemimpin dan bawahan bersama-sama memberi gagasan dalam pengambilan keputusan.
(4) Delegasi
- Rendah hubungan dan rendah tugas
- Komunikasi dua arah terjadi diskusi antara pemimpin dan bawahan dalam pemecahan masalah serta bawahan diberi delegasi untuk mengambil keputusan .

5) Gaya kepemimpinan menurut Ronald Lippits dan Rapiph K. White
Menurut Ronald Lippith dan Rapiph K. White, ada tiga gaya kepemimpinan yaitu: otoriter, demokrasi dan liberal yang mulai dikembangkan di Universitas Iowa.
Otoriter
Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Wewenang mutlak berada pada pimpinan
Keputusan selalu dibuat oleh pimpinan
Kebijaksanaan selalu dibuat oleh pimpinan
Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan
Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahan dilakukan secara ketat
Prakarsa harus selalu berasal dari pimpinan
Tiada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran, pertimbangan atau pendapat
Tugas-tugas bawahan diberikan secara instruktif
Lebih banyak kritik daripada pujian
Pimpinan menuntut prestasi sempurna dari bawahan tanpa syarat
Pimpinan menuntut kesetiaan tanpa syarat
Cenderung adanya paksaan, ancaman dan hukuman
Kasar dalam bertindak
Kaku dalam bersikap
Tanggung jawab keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh pimpinan
Demokratis
Kepemimpinan gaya demokratis adalah kemampuan kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara berbagai kegiatan yang akan dilakukan ditentukan bersama antara pimpinan dan bawahan.
Gaya kepemimpinan ini memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
Wewenang pimpinan tidak mutlak
Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan
Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan
Kebijaksanaan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan
Komunikasi berlangsung timbal-balik
Pengawasan dilakukan secara wajar
Prakarsa dapat datang dari bawahan
Banyak kesempatan dari bawahan untuk menyampaikan saran dan pertimbangan
Tugas-tugas kepada bawahan diberikan dengan lebih bersifat permintaan daripada instruktif
Pujian dan kritik seimbang
Pimpinan mendorong prestasi sempurna para bawahan dalam batas masing-masing
Pimpinan meminta kesetiaan bawahan secara wajar
Pimpinan memperhatikan perasaan dalam bersikap dan bertindak
Terdapat suasana saling percaya, saling hormat menghormati dan saling menghargai
Tanggung jawab keberhasilan organisasi ditanggung secara bersama-sama
(3) Liberal atau Laissez Faire
Kepemimpinan gaya liberal atau Laissez Faire adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan dengan cara berbagai kegiatan yang dilakukan lebih banyak diserahkan kepada bawahan.
Gaya kepemimpinan ini bercirikan sebagai berikut:
Pemimpin melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan
Keputusan lebih banyak dibuat oleh bawahan
Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh bawahan
Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh bawahan
Hampir tiada pengawasan terhadap tingkah laku bawahan
Prakarsa selalu berasal dari bawahan
Hampir tiada pengarahan dari pimpinan
Peranan pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok
Kepentingan pribadi lebih penting dari kepentingan kelompok
Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh perorangan

6) Gaya kepemimpinan berdasarkan kekuasaan dan wewenang
Menurut Gillies (1996), gaya kepemimpinan berdasarkan wewenang dan kekuasaan dibedakan menjadi 4 yaitu:
(1) Otoriter
Merupakan kepemimpinan yang berorientasi pada tugas/pekerjaan. Menggunakan kekuasaan posisi dan power dalam memimpin. Pemimpin menentukan semua tujuan yang akan dicapai dalam pengambilan keputusan. Informasi diberikan hanya pada kepentingan tugas. Motivasi dengan reward dan punishment.
(2) Demokratis
Merupakan kepemimpinan yang menghargai sifat dan kemampuan setiap staf. Menggunakan kekuasaan posisi dan pribadinya untuk mendorong ide dari staf , memotivasi kelompok untuk menentukan tujuan sendiri. Membuat rencana dan pengontrolan dalam penerapannya. Informasi diberikan seluas-luasnya dan terbuka.

(3) Partisipatif
Merupakan gabungan antara otokratik dan demokrasi, yaitu pemimpin yang menyampaikan hasil analisa masalah dan mengusulkan tindakannya. Staf diminta saran dan kritiknya serta mempertimbangkan respon staf terhadap usulnya. Keputusan akhir oleh kelompok.
(4) Bebas Tindak
Merupakan pimpinan offisial, karyawan menentukan sendiri kegiatan tanpa pengarahan, supervisi dan koordinasi. Staf/bawahan mengevaluasi pekerjaan sesuai dengan caranya sendiri. Pimpinan hanya sebagai sumber informasi dan pengendalian minimal.
Lester R. Bitel menyebutkan bahwa semua gaya kepemimpinan ini memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Pemimpin yang sukses adalah yang mampu menyesuaikan diri dengan situasi.
Dalam penelitian ini, peneliti memilih gaya kepemimpinan berdasarkan wewenang dan kekuasaan yang merupakan gabungan dari teori Hersey dan Blanchard dengan teori Ronald lippits dan Ralph K. White. Kedua teori ini dapat digunakan untuk menilai kecendrungan gaya kepemimpinan kepala ruangan dengan memodifikasi pertanyaan sesuai dengan situasi perawatan.

DAFTAR PUSTAKA
-Bennett, N.B. (1989). Prinsip Manajemen Rumah Sakit. Lembaga Pengembangan Manajemen Indonesia, Jakarta.
-Cribbin J.J. (1990). Kepemimpinan Mengefektifkan Strategi Organisasi. Pustaka Binaan Pressindo, Jakarta.
-Darmanto R.D. (1997). Kiat Mengelola Rumah Sakit. Hipokrates, Jakarta.
-Djoko Wijoyo. (1997). Manajemen Kepemimpinan Dan Organisasi Kesehatan, Airlangga University Press, Surabaya.
-Gartinah at.al. (1999). Standar Praktek Keperawatan Perawat Profesional. PPNI, Jakarta.
-Gillies D.A. (1996). Nursing Management: A System Approach. W.B. Saunders Company, Philadelphia.
-Gibson J.L.At al. (1982). Organization. Alih bahasa. Djoerban Wahid. (1988). Penerbit Erlangga, Jakarta.
-Hanafi M.M. (1997). Manajemen. Unit Penerbit dan Percetakan Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, Yogyakarta.
-Heidjrachman R. (1985). Teori dan Konsep Manajemen. BPFE, Yogyakarta.
-Hendoko T. (1995). Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. BPEE, Jakarta.
-Herawati (1997). Leadership. Disajikan dalam Pelatihan Manajemen Keperawatan. DCNE, Jakarta.
-Maslow AH. (1993). Motivasi dan Kepribadian PT. Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta.
-Nursalam. (1999). Pendekatan Praktis Langkah-Langkah Proses Keperawatan. -------, Surabaya.
-Nursalam dan Siti Pariani. (2001). Pendekatan Praktis Metodelogi Riset Keperawatan. CV Sagung Seto, Jakarta.
-Priyanti dan Meutia. (1986). Antropolgi Kesehatan. UI Press, Jakarta.
-Pitono Suprapto, Eddy Pranowo S. & Joewono S. (1998). Epidemiologi Klinis. Gramik FK Unair, Surabaya.
-Setyowati (1995). Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Keperawatan. Makalah disampaikan pada Seminar Keperawatan, Jakarta.
-Soeprihanto J. (1988). Penilaian Kinerja dan Pengembangan Karyawan. BPFE, Yogjakrta.
-Tim Departemen Kesehatan R.I. (1997). Standar Asuhan Keperawatan. Direktorat Rumah Sakit Umum dan Pendidikan Dirjen. Yandik. Depkes. R.I., Jakarta.
-Wahjosumidjo (1984). Kepemimpinan dan Motivasi. Ghalia Indonesia, Jakarta.
-Wijono D. (1997). Manajemen Kepemimpinan dan Organisasi Kesehatan. Airlangga University Press, Surabaya.
Zainuddin. (1999). Metodelogi penelitian. ---------, Surabaya.
---------------- (2000). Kumpulan Materi Pelatihan Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan bagi Kepala Ruangan. DPD PPNI, Surabaya.
---------------- (------). Lokakarya Manajemen Kepala Bidang Keperawatan, Pusat Pengembangan Keperawatan Carolus, Jakarta.
---------------- (1984). Sinopsis Dasar-dasar Keperawatan. Pusdiklat Depkes R.I., Jakarta.

Konsep Kanker & Kemotherapy Kanker Payudara

Kanker atau keganasan dibedakan dari tumor jinak lewat sifat-sifat sel kanker yang tumbuh pesat, tidak terbatas dan tidak terkoordinasi dengan sifat-sifat :
Tumbuh cepat dan infiltrat yaitu tumbuh bercabang-cabang menyusup ke dalam jaringan sehat disekitarnya, menyerupai kepiting (cancer).
Bersifat ekspansif yaitu mendesak jaringan sehat di sekitarnya.
Bersifat residif yaitu mudah kambuh.
Berkemmpuan untuk bermetastase yaitu mampu mengadakan anak sebar di bagian tubuh lain lewat peredaran darah dan cairan getah bening (Himawan, 1998).
Kanker adalah penyakit yang menakutkan dan mengerikan ditinjau dari beberapa sebab, muncul di stadium lanjut tanpa tanda dan gejala sebelumnya. Kadang pengobatan yang diberikan hasilnya sama sekali memiliki angka kekambuhan yang tinggi dan pola hidup yang sehat tidak menjadi jaminan untuk bebas dari penyakit ini (Mc. Bee, 1993)
Kanker bukanlah sekedar penyakit kronik, penyakit ini mampu membuat rasa takut pada umat manusia (Weisman, 1979). Kanker memberikan dampak pada seluruh tingkatan fungsional yang dimiliki klien. Fungsi intelektual akan menurun karena tekanan fisik dan psikologis, efek dari pengobatan dan perkembangan kanker itu sendiri (Petty, 1996).
Kanker payudara merupakan salah satu penyakit yang mendapat perhatian khusus di kalangan kesehatan dunia. Miller (1991) melaporkan kanker payudara merupakn penyakit yang sering muncul dan menyebabkan kematian pada wanita di usia 35-54 tahun.
Dilaporkan oleh Northouse (1995) gangguan psikolososial klien dengan kanker payudara muncul dari fase pertentangan dari penyakitnya. Cemas akan kekambuhan, toksisitas dan terapi yang dijalani, gangguan citra tubuh, gangguan konsep diri, gangguan seksualitas, gangguan peran sebagai ibu dan istri. Kanker juga mempengaruhi keluarganya terutama anak-anak.
Radioterapi adalah salah satu pengobatan kanker payudara yang sistemik, merupakan terapi andalan. Pada kanker payudara dengan ;
Pembesaran kelenjar getah bening axi.
Prognosi yang buruk untuk penanganan pembesaran kelenjar getah bening.
Kondisi lokal regional yang lanjut atau sudah ada metastase.
Adjuvan kemoterapi adalah kemoterapi sebagai kombinasi dari pengobatan lainnya. Tujuannya tidak hanya untuk mengatasi pembesaran kelenjar getah bening tapi juga mencegah metastase. Regimen pengobatan yang umum digunakan adalah Ciklopospamid ©, Methostrexate (M), 5 Fluorourasil. Tidak sedikit klien dengan Adjuvan kemoterapi tetp mengalami metastase. Metastase atau meluasnya anak sebar adalah kondisi yang sulit di antisipasi. Bahkan Vogel (1992) mengatakan metastase tidak dapat disembuhkan.
Tujuan dari terapi metastase adalah kontrol penyakit dan perawatan paliatif simtomatis. Dilaporkan oleh Villie (1995) Pengobatan metastase keberhasilannya kurang dari 3 tahun. Sampai dengan 5 tahun dikatakan pula oleh Vogel (1992) respon membaik 50 % - 80 % di dapat lewat kombinasi Doxorubisin dan Taxol. Namun demikian kedua obat ini menimbulkan efek samping yang cukup berat berupa toksisitas pada jantung dan ginjal.

DAFTAR PUSTAKA

Burn's & Grove, (1993), The Practice of nursing research, conduct, critique & utilization, 2nd edition, Philadelphia : WB. Saunders Company
Craven R dan hirnle C, (2000), Fundamental of nursing, 3rd edition, Philadelphia : Lippincott
Depkes RI (1994), Pedoman perawatan psikiatri, Depkes RI, Jakarta
Groenwald, et.al (1995), A clinical to cancer nursing, 3rd edition, London, England : Jones Bartlet Publisher International
Hudak dan Gallo (1996), Keperawatan kritis pendekatan holistik, Volume I Edisi VI, Jakarta : EGC
Hurlock, E.B (1995), psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan, Erlangga, Jakarta
Ketlner, et.al (1995), Psikiatri nursing, Mosby year book, Missouri
Maramis, W.F (1998), Catatan ilmu kesehatan jiwa, Airlangga University Press, Surabaya
Long, Barbara C (1996), Essential of medical surgical nursing : A Nursing process approach, Vol. 1, CV. Mosby Company, St. Louis, hal : 138
Purwadarminta, WJS (1990), Kamus besar bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka
Pusdiknakes (1999), Modul pengajaran keperawatan, Jakarta
Stuart and Sunden (1995), Buku saku keperawatan jiwa, edisi 3 (alih bahasa), Jakarta : EGC
Otto, S (1996), Oncology nursing, 2nd edition, St. Louis. Misouri : Mosby year Book Inc

Konsep Kecemasan

Cemas adalah emosi dan merupakan pengalaman subyektif individual, mempunyai kekuatan tersendiri dan sulit untuk diobservasi secara langsung. Perawat dapat mengidentifikasi cemas lewat perubahan tingkh laku klien.
Stuart (1996) mendefinisikan cemas sebagai emosi tanpa obyek yang spesifik, penyebabnya tidak diketahui, dan didahului oleh pengalaman baru. Sedangkan takut mempunyai sumber yang jelas dan obyeknya dapat didefinisikan. Takut merupakan penilaian intelektual terhadap stimulus yang mengancam dan cemas merupakan respon emosi terhadap penilaian tersebut.
Lebih jauh dikatakan pula, kecemasan dapat dikomunikasikan dan menular, hal ini dapat mempengaruhi hubungan terapeutik perawat klien. Hal ini menjadi perhatian perawat.
Bostrom (1995) mengemukakan stressor sebagai factor presipitasi kecemasan adalah bagaimana individu berhadapan dengan kehilangan dan bahaya yang mengancam. Bagaimana mereka menerimanya tergantung dari kebutuhan, keinginan, konsep diri, dukungan keluarga, pengetahuan, kepribadian dan kedewasaan.
Kecemasan adalah suatu kondisi yang menandakan suatu keadaan yang mengancam keutuhan erta keberadaan dirinya dan dimanifestasikan dalam bentuk prilaku seperti rasa tak berdaya, rasa tidak mampu, rasa takut, phobia tertentu (Hamid dkk,1997).
Kecemasan muncul bila ada ancaman ketidakberdayaan, kehilangan kendali, perasaan kehilangan fungsi-fungsi dan harga diri, kegagalan pertahanan, perasaan terisolasi (Hudak dan Gallo, 1997).
Stuart dan Sundeen (1995) membagi kecemasan menjadi 4 tingkatan yaitu :
1.Kecemasan Ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini lahan persepsi melebar dab individu akan berhati-hati dan waspada. Individu terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
Respon Fisiologis
Sesekali nafas pendek
Nadi dan tekanan darah naik
Gejala ringan pada lambung
Muka berkerut dan bibir bergetar
Respon Kognitif
Lapang persegi meluas
Mampu menerima ransangan yang kompleks
Konsentrasi pada masalah
Menyelesaikan masalah secara efektif
Respon perilaku dan Emosi
Tidak dapat duduk tenang
Tremor halus pada tangan
Suara kadang-kadang meninggi
2.Kecemasan sedang
Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap lingkungan menurun/individu lebih memfokuskan pada hal penting saat itu dan mengesampingkan hal lain.
Respon Fisiologis
Sering nafas pendek
Nadi ekstra systole dan tekanan darah naik
Mulut kering
Anorexia
Diare/konstipasi
Gelisah
Respon Kognitif
Lapang persepsi menyempit
Rangsang Luar tidak mampu diterima
Berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya
Respon Prilaku dan Emosi
Gerakan tersentak-sentak (meremas tangan)
Bicara banyak dan lebih cepat
Perasaan tidak nyaman
3.Kecemasan Berat
Pada kecemasan berat lahan persepsi menjadi sempit. Individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal-hal yang lain. Individu tidak mampu berfikir berat lagi dan membutuhkan banyak pengarahan/tuntutan.
1) Respon Fisiologis
Sering nafas pendek
Nadi dan tekanan darah naik
Berkeringat dan sakit kepala
Penglihatan kabur
2) Respon Kognitif
a) Lapang persepsi sangat menyempit
b) Tidak mampu menyelesaikan masalah
Respon Prilaku dan Emosi
Perasaan ancaman meningkat
Verbalisasi cepat
Blocking
4.Panik
Pada tingkat ini persepsi sudah terganggu sehingga individu sudah tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa walaupun sudah diberi pengarahan/tuntunan.
Respon Fisiologis
Nafas pendek
Rasa tercekik dan berdebar
Sakit dada
Pucat
Hipotensi
Respon Kognitif
Lapang persepsi menyempit
Tidak dapat berfikir lagi
Respon Prilaku dan Emosi
Agitasi, mengamuk dan marah
Ketakutan, berteriak-teriak, blocking
Persepsi Kacau
Kecemasan yang timbul dapat diidentifikasi melalui respon yang dapat berupa respon fisik, emosional, dan kognitif atau intelektual.

Respon Fisiologis
Kardiovaskuler : Palpitasi berdebar, tekanan darah meningkat/menurun, nadi meningkat/menurun
Saluran Pernafasan : Nafas cepat dangkal, rasa tertekan di dada, rasa seperti tercekik
Gastrointestinal : Hilang nafsu makan, mual, rasa tak enak pada epigastrium, diare
Neuromuskuler : Peningkatan refleks, wajah tegang, insomnia, gelisah, kelelahan secara umum, ketakutan, tremor
Saluran Kemih : Tak dapat menahan buang air kecil
Sistem Kulit : Muka pucat, perasaan panas/dingin pada kulit, rasa terbakar pada muka, berkeringat setempat atau seluruh tubuh dan gatal-gatal
Respon Kognitif : konsentrasi menurun, pelupa, raung persepsi berkurang atau menyempit, takut kehilangan kontrol, obyektifitas hilang
Respon emosional : Kewaspadaan meningkat, tidak sadar, takut, gelisah, pelupa, cepat marah, kecewa, menangis dan rasa tidak berdaya
Stuart dan Sundeen (1995) mengatakan rentan respon individu berfluktuasi antara respon adaptif dan maladaptive seperti :
Adaptif Maladaptif
Adaptasi Ringan Sedang Berat Panik

Gambar 1 Rentang respon adaptif dan maladaptive
(Dikutip dari Stuart dan Sundeen (1995) : Principles and practice of psychiatric nursing (5th ed), Philadelphia : Mosby Year Book)

Roy (1974) mengatakan manusia mahluk yang unik karenanya mempunyai respon yang berbeda-beda terhadap cemas tergantung kemampuan adaptasi ini dipengaruhi oleh pengalaman berubah dan kemampuan kopinh individu. Koping adalah mekanisme mempertahankan keseimbangan dalam menghadapi stress.
Selanjutnya Roy (1974) menerangkan proses adaptasi dipengaruhi oleh 2 aspek yaitu masing-masing individu dan kemampuan adaptasi ini dipengaruhi oleh pengalaman berubah dan kemampuan koping individu. Koping adalah mekanisme mempertahankan keseimbangan dalam menghadapi stress.
Stresor (stimulus lokal)
Yaitu semua rangsang yang dihadapi individu dan memerlukan respon adaptasi.
Mediator (proses adaptasi)
Stimulus internal yaitu factor dari dalam yang dimiliki individu seperti keyakinan, pengalaman masa lalu, sikap, dan kepribadian.
Stimulus eksternal (kontekstual) yaitu factor dari luar yang berkontribusi atau melatar belakangi dan mempengaruhi respon adaptasi individu terhadap stressor yang dihadapi.

Sabtu, 28 November 2009

KELOMPOK MODEL PARSONS ( 1961 )

Kelompok Model Parsons ini termasuk sebagai kelompok model umum (Generalized Model ) pada pertumbuhan dan pengembangan kelompoknya.
Teori ini melihat masyarakat sebagai suatu jaringan kelompok yang bekerja sama secara terorganisir yang bekerja dalam suatu cara yang teratur menurut seperangkat peraturan dan nilai yang dianut oleh sebagian masyarakat tersebut. Masyarakat dipandang sebagai suatu sistem yang stabil yang menuju kearah keseimbangan, yaitu suatu kecenderungan untuk mempertahankan sistem kerja yang selaras dan seimbang. Teori ini juga mengemukakan bahwa setiap kelompok atau lembaga melaksanakan tugas tertentu dengan terus menerus, karena hal itu fungsional. Pada teori Parsons ini menekankan fungsional kelompok/ perspektif fungsional.
Dalam menelaah kelompok sebagai suatu sistem sosial, teori ini melihat bagaimana aspek-aspek yang terdapat dalam kelompok tersebut menurut fungsi-fungsinya. Penempatan fungsi-fungsi yang telah digariskan, merupakan titik tolak untuk menentukan bergerak atau dinamis tidaknya suatu kelompok. Pemilihan ini dijadikan dasar untuk menelaah interaksi masing-masing fungsi menurut jaringan fungsi dan tugas dalam satuan kelompok.
Menurut Parsons, untuk dapat berlangsung dan bertahannya suatu kelompok atau organisasi hendaknya kelompok tersebut memenuhi keempat persyaratan fungsional, yang dirumuskan sebagai berikut :
Adaptasi
Pencapaian Tujuan
Integrasi Anggota-anggotanya, dan
Kemampuan mempertahankan Identitasnya terhadap kegoncangan dan ketegangan yang timbul.
Keempat persyaratan fungsional tersebut dikenal dengan sebutan A - G - I - L , yang dalam prosesnya melakukan pertukaran ke dalam atau transaksi internal :

1.ADAPTASI
Dengan adaptasi , dimaksudkan bahwa para anggota mempunyai atau menghasilkan sarana-sarana yang dibutuhkan mereka/kelompok supaya dapat hidup dan bergerak. Tanpa sarana material, gagasan atau cita-cita tidak akan dapat diwujudkan.
Contoh:
Tanpa adanya sumber keuangan yang baik, seperti Sekolah, Klinik, Keluarga tidak akan dapat berfungsi dengan baik. Hanya dengan adanya fasilitas atau sistem (suatu sistem) dapat menguasai lingkungannya. Semua proses dan mekanisme yang diadakan dalam rangka adaptasi dan penguasaan lingkungan ini, disebut dengan " EKONOMI " oleh Parsons.


2.TUJUAN ( GOAL ATTAINMENT )
Untuk mencapai suatu tujuan sebagaimana halnya dengan prasyarat pertama (adaptasi ) , juga memiliki hubungan dengan lingkungan luar.
Dalam hal ini dapat ditetapkan :

Pertama Harus ada satu tujuan
Contoh :
Pernah pada jaman lampau perkumpulan-perkumpulan didirikan dengan tujuan untuk menebus dan membebaskan budak. Tetapi,dengan tidak adanya lagi gejala perbudakan , maka perkumpulan-perkumpulan semacam itu membubarkan diri.
Kedua Harus ada anggota atau tenaga yang dapat mencapai tujuan tersebut.
Suatu sistem harus senantiasa mampu menarik dan mengerahkan orang baru untuk menggantikan posisi yang lama. Selain itu juga harus ada mekanisme - mekanisme kepemimpinan dan pengambilan keputusan dan penempatan tenaga.

Ketiga Sebagai unsur yang terakhir harus ada kewaspadaan dalam suatu sistem.
Kewaspadaan, kepekaan, keterbukaan, dan kebijaksanaan berkenaan dengan kebutuhan sistem di satu pihak dan perubahan jaman dan kondisi-kondisi lingkungan di pihak lain.
Contoh :
Suatu sistem Pendidikan yang buta terhadap tanda - tanda jaman akan menggali kuburnya sendiri. Semua kegiatan sosial sehubungan dengan persyaratan ini disebut " POLITY " oleh Parsons.

3.INTERGRASI
Integrasi merupakan persyaratan ketiga yang harus dipenuhi dalam suatu sistem. Satuan-satuan itu harus berintergrasi dalam arti bahwa mereka dilibatkan dan dikoordinir dalam keseluruhan sistem sesuai dengan posisi dan peranan mereka masing-masing.
Contoh :
- Penyelewengan harus dihancurkan/dihapuskan
- Perpecahan harus dicegah
Dalam prakteknya , integrasi diusahakan dengan PENGATURAN UNDANG-UNDANG. Disinilah berperanya FATE CONTROL.
Dalam hal ini juga bisa melalui : instruksi, kaidah-kaidah dan lembaga-lembaga kemasyarakatan itu berwenang di bidang perumusan hak-hak dan kewajiban-kewajiban serta pengamanan mereka.

4.MEMPERTAHANKAN IDENTITAS ( LATEN MAINTENANCE )
Mempertahankan Identitas yaitu tata nilai -nilai budaya yang bersifat mendasar. Menurut Parsons tiap-tiap sistem dicirikan oleh suatu sistem nilai -nilai yang telah dilembagakan. Hal mempertahankan sistem ( keutuhan sitem ) nilai itu dan pelembagaannya, merupakan keharusan fungsional yang utama. Sistem nilai-nilai budaya itu, akan dipertahankan melalui proses-proses pendidikan, pemasyarakatan, pembudayaan , penataran dan lain sebagainya. Selain itu Agama, kesenian dan macam-macam upacara akan memainkan peranan penting dalam mempertahankan tersebut.
Kalau dilihat dari segi anggota kelompok , internalisasi nilai-nilai budaya itu merupakan sarana untuk mengakhiri dan menyelesaikan ketegangan-ketegangan yang selalu timbul dalam setiap sistem. Pada akhirnya bahwa dalam setiap sistem harus ada proses dan mekanisme yang menghasilkan dan melestarikan dedikasi dan komitmen dari para anggotanya.
Adapun keuntungan dan kerugian dari pembentukan dan pengembangan kelompok Model Parsons ini antara lain :

KEUNTUNGAN :
-Tugas dapat cepat dapat terselesaikan
-Pola perilaku dan sopan santun sangat terjaga
-Anggota-anggotanya dapat berfungsi sesuai dengan kemampuannya masing-masing.

KERUGIANNYA :
-Interaksi anggota-anggotanya dibatasi oleh norma-norma kesopanan sehingga kurang ada keterbukaan
-Terfokus pada tugas yang harus diselesaikan /dilaksanakan serta hasil yang harus dicapai saja.

rinfeksi dan cacat.

MODEL KONSEPTUAL KEPERAWATAN

SISTER CALISTA ROY
MIME-Version: 1.0
Content-Type: text/plain; charset=UTF-8
Content-Transfer-Encoding: quoted-printable

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, manusia senantiasa berusaha u=
ntuk meningkatkan derajat kesehatannya secara optimal. Hal ini terbukti den=
gan pesatnya kemajuan IPTEK di bidang kesehatan dalam rangka memecahkan mas=
alah kesehatan yang dihadapi oleh penduduk di dunia. Dan seiring itu siste=
m pelayanan keperawatan di berbagai negara maju dan negara berkembang juga =
mengalami kemajuan/perubahan.
Isitilah proses keperawatan dan kerangka kerjanya merupakan ilmu yang relat=
if baru. Pada tahun 1955 Hall memulai istilah proses keperawatan dan sejak =
itulah para ilmuwan keperawatan menguraikan proses keperawatan secara ilmi=
ah dengan berbagai pendapat. Weiden Bach pada tahun 1963 menguraikan asuhan=
keperawatan menjadi 3 tahap yang meliputi observasi, bantuan untuk pertolo=
ngan dan validasi. Later Knowles (1967) mengatakan bahwa dalam praktek kepe=
rawatan menganjurkan 5 D yaitu discover (menemukan), delve (menyelidiki), d=
ecide (memutuskan), do (melaksanakan) dan discriminate (membedakan).
Selanjutnya Gabbie dan Lavin (1975) mengemukakan bahwa esensi dari model=
- model keperawatan yang ada menggambarkan 4 konsep yang sama yaitu :
-Orang yang menerima asuhan keperawatan.
-Lingkungan (masyarakat).
-Kesehatan (sehat/sakit, kesehatan dan penyakit).
-Keperawatan dan perawat (tujuan/sasaran, peran dan fungsi).
Melihat gambaran di atas Penulis mencoba menganalisa dan mengaplikasikan mo=
del konsep keperawatan yang dikemukakan oleh Sister Calista Roy (stress dan=
adaptasi Roy) ke dalam system pelayanan keperawatan di Indonesia.
=20
Masalah.
Dengan adanya ragam model model keperawatan dan dari masing =E2=80=93 masin=
g model konseptual tersebut mempunyai gambaran inti yang sama (Gabbie & La=
vin, 1975), maka untuk mengaplikasikan model konsep keperawatan menurut Si=
ster Calista Roy ke dalam system pelayanan keperawatan di Indonesia, muncul=
berbagai masalah antara lain :
Bagaimana cara menerapkan model konseptual secara optimal terhadap kasus pe=
nyakit yang dialami oleh penderita?
Bagaimana strategi yang digunakan oleh perawat dengan adanya ragam kultur/b=
udaya masyarakat Indonesia?
Bagaimana peranan perawat, mengingat secara ratio antara jumlah peawat deng=
an pasien di lapangan masih belum seimbang? =20

Tujuan.
Tujuan Umum.
Perawat Indonesia dapat menerapkan model konseptual keperawatan Sister Cali=
sta Roy yang menggunakan pendekatan metode ilmiah dalam system pelayanan ke=
sehatan.
Tujuan khusus.
1.Mampu menyelaraskan dan mendefinisikan model konseptual SisterCalista Roy=
.
2.Mampu memahami konsep dasar/asumsi dasar dalam model konseptual stress da=
n adaptasi Roy.
3.Mampu menjelaskan komponen =E2=80=93 komponen model konsep keperawatan Si=
ster Calista Roy.
4.Mampu menjelaskan karakteristik model konsep keperawatan Sister Calista =
Roy.
5.Mampu menjelaskan hubungan model konsep keperawatan Sister Calista Roy de=
ngan proses keperawatan yang ada di Indonesia.

B A B II
TINJAUAN TEORI

Dasar Pengembangan Teori.
Filosofi
Sister Calista Roy mengembangkan model adaptasi dalam keperawatan pada tahu=
n 1964. Model ini banyak digunakan sebagai falsafah dasar dan model konsep =
dalam pendidikan keperawatan. Model adaptasi Roy adalah system model yang e=
sensial dalam keperawatan. Roy menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk bio=
psikososial sebagai satu kesatuan yang utuh. Dalam memenuhi kebutuhan manus=
ia selalu dihadapkan berbagai persoalan yang kompleks. Dalam menghadapi per=
soalan tersebut Roy mengemukakan teori adaptasi. Penggunaan koping atau mek=
anisme pertahanan diri, berespon melakukan peran dan fungsi secara optimal =
untuk memelihara integritas diri dari keadaan rentang sehat sakit dari kead=
aan lingkungan sekitarnya. Jadi ada 5 faktor penting dari Roy adalah manusi=
a, sehat, sakit, lingkungan dan keperawatan yang saling terkait.

Asumsi Dasar.
Asumsi adalah pernyataan dari fakta =E2=80=93 fakta atau anggapan yang dite=
rima sebagai dasar teori untuk konsep =E2=80=93 konsep dari disiplin ilmu t=
ertentu. Beberapa model keperawatan menggambarkan asumsi dari adaptasi teo=
ri =E2=80=93 teori yang lainnya dari system teori yang lain (teori system,=
teori adaptasi Nelsen dan fisiologi dari nilai =E2=80=93 nilai manusia).

Pola Pengembangan Ilmu.
Pola pengembangan ilmu keperawatan adalah yang terkait dengan keputusan =E2=
=80=93 keputusan tentang komponen =E2=80=93 komponen ilmu, filosofi tidak d=
idasarkan terhadap hal yang bersifat empiris, suatu keyakinan, merupakan su=
atu pertanyaan yang terkait terhadap praktek keperawatan dana mempengaruhi =
filosofi disiplin ilmu.
=09Model konsep Calista Roy didasarkan pada model adaptasi. Modelnya merupa=
kan contoh yang baik bagaimana ilmu itu diambil menjadi hal yang unik dalam=
keperawatan. Hal ini merupakan kombinasi pemikiran yang ditarik secara div=
ergen seperti system. Stress dan adaptasi menurut Roy, keberadaan manusia =
merupakan kumpulan biopsikososial yang berada di dalam lingkungan.
=09Vocal residual, conceptual. Rangsangan pada manusia dan bersifat utuh d=
an menimbulkan keutuhan =E2=80=93 keutuhan yang terkait dengan model adapta=
si yang meliputi kebutuhan fisiologis, peran, fungsi dan interdependen mel=
alui 2 mekanisme adaptasi yaitu regulator dan cognator individu dapat menun=
jukkan respon adaptasi yang berhasil dan gagal (respon tidak efektif yang m=
embutuhkan intervensi keperawatan).
=09Penekanan model Roy dikaitkan dengan kerja yang berkelanjutan, dilanjutk=
annya ke pendidikan praktek dan penelitian serta diteruskan ke perubahan =
=E2=80=93 perubahan dalam model =E2=80=93 model untuk memaksimalkan kejadia=
n empiris. Model Roy merupakan suatu system.

Komponen Model.
Roy dalam menyusun model konseptualnya didasari atas nilai =E2=80=93 nilai =
sebagai berikut :
Manusia.
Roy memandang manusia sebagai makhluk biopsikososial yang holistic dalam se=
genap aspek individu dengan bagian =E2=80=93 bagiannya berperan bersama mem=
bentuk kesatuan ditambah manusia sebagai system yang berada dalam interaksi=
yang konstan dengan lingkungan antara system dan lingkungan terjadi pertuk=
aran informasi, materi dan energi.
=09Ini menunjukkan system =E2=80=93 system kehidupan sebagai system yang te=
rbuka. Sel adalah system kehidupan terbuka. Sel mempunyai substansi yang ha=
rus mempertahankan dalam usaha memperbanyak diri. Keterbukaan system selanj=
utnya menunjukkan pertukaran yang konstan dari informasi, materi dan energi=
antara system dan lingkungan. Interaksi ini juga diterapkan pada manusia. =
Interaksi konstan manusia dengan lingkungannya ditandai oleh perubahan =E2=
=80=93 perubahan interna dan eksterna, selanjutnya perubahan ini mengharusk=
an manusia mempertahankan integritasnya yaitu adaptasi terus menerus. Diagr=
am di bawah digunakan Roy untuk menggambarkan system adaptasi manusia.=20
=09Roy mengidentifikasi input sebagai stimulus. Stimulus ini adalah unit da=
ri informasi materi atau energi dari lingkungan atau dirinya sebagai respon=
. Seiring dengan stimulus, tingkat adaptasi manusia berperan sebagai system=
adaptasi. Tingkat adaptasi adalah jangkauan stimulus manusia yang dapat me=
ngadaptasikan responnya dengan usaha yang wajar.

=09Gambaran dari manusia sebagai system adalah tingkah laku interna maupun =
eksterna. Selanjutnya adaptasi manusia tersebut dapat diukur, diamamti kelu=
han =E2=80=93 keluhan subyektif yang merupakan umpan balik dari system ini.=
Roy mengkategorikan hasil system sebagai respon adaptaif dan inefektif. Re=
spon adaptif adalah semua yang mengacu pada integritas manusia yaitu semua =
tingkah laku yang tampak ketika manusia dapat mengerti tentang tujuan hidup=
, tumbuh, produksi dan kekuasaan.
Roy menggunakan isitilah mekanisme koping untuk menjelaskan proses pengenda=
lian manusia sebagai system adaptasi. Roy menggunakan mekanisme yang disebu=
t regulator dan cognator sebagai sustu system dari system adaptasi.
Subsistem regulator mempunyai komponen sistm input, proses dan ouput. Stim=
ulus output mungkin berasal dari dalam manusia. Penghubung =E2=80=93 penghu=
bung system regulator adalah kimia, neural atau endokrin. Respon otonomi ya=
ng merupakan respon =E2=80=93 respon saraf bagian otak dan spinal dihasilka=
n sebagai output. Tingkah laku dalam subsistem regulator, jaringan dan orga=
n target dibawah kontrol endokrin juga menghasilkan tingkah laku regulator.=
Akhirnya Roy menunjukkan respon psikomotor dari system saraf pusat sebaga=
i pusat system regulator.
Sub system yang lain adalah sub sistem cognator. Rangsangan ke subsistem c=
ognator juga berasal dari luar dan dalam. Ouput dari subsistem regulator da=
pat diumpan balik merangsang subsistem cognator. Proses =E2=80=93 proses pe=
ngendalian cognator dihubungkan ke fungsi yang lebih tinggi dari otak yaitu=
persepsi atau pengolah informasi yang berhubungan dengan proses interna da=
ri perhatian yang dipilih, ditunjukkan dan ingatan. Pemecahan masalah dan p=
embuatan keputusan adalah proses mencari bentuk.
Dalam mempertahankan integritas manusia, regulator dan cognator sering dian=
ggap berperan bersama =E2=80=93 sama. Tingkat adaptasi dari system manusia =
dipengaruhi oleh pertumbuhan individu dan pemakaian dari mekanisme koping. =
Dalam gambaran lebih lanjut tentang proses interna manusia sebagai subsiste=
m adaptasi, Roy menjelaskan system efektor atau model adaptasi yang terdiri=
dari 4 efektor :
1.Model adaptasi fisiologis, terdiri dari :
-oksigenasi
-nutrisi
-eliminasi
-aktivitas dan istirahat
-sensori
-cairan dan elektrolit
-integritas kulit
-fungsi saraf
-fungsi endokrin dan reproduksi
2.Konsep diri.
Menunjukkan pada nilai, kepercayaan, emosi, cita =E2=80=93 cita serta perha=
tian yang diberikan untuk mengetahui keadaan fisik sendiri.
3.Fungsi peran.
Menggambarkan hubungan interaksi perorangan dengan orang lain yang tercermi=
n pada peran pertama, kedua dan seterusnya.
4.Model ketergantungan.
Mengidentifikasi nilai manusia, cinta dan keseriusan. Proses ini terjadi da=
lam hubungan antar manusia dengan individu dan kelompok.
=20
Tujuan Keperawatan.
Roy mendefinisikan tujuan keperawatan sebagai peningkatan dari respon adapt=
asi keempat model adaptasi. Kondisi seseorang ditentukan oleh tingkat adapt=
asinya, apakah berespon secara positif terhadap rangsang interna atau ekste=
rna. Tingkat adaptasi ditentukan oleh besarnya rangsangan baik fokal, konte=
kstual maupun residual. Yang dimaksud dengan tiga rangsang tersebut adalah=
:
1.Fokal stimuli
Rangsangan yang segera dihadapi oleh manusia dan merupakan tingkatan yang p=
aling tinggi dari perubahan atau kelainan.
2.Kontekstual stimuli
Semua rangsangan dari manusia baik interna maupun eksterna dapat diamati, d=
iukur atau subyektifitasnya yang dilaporkan secara obyektif oleh pasien.=20
3.Residual stimuli.
Rangsangan yang membentuk karakteristik dari seseorang sesuai dengan stuasi=
atau tidak, hal ini sulit untuk dimulai.

-Konsep kesehatan.
Roy mengidentifikasi sebagai status dan proses dari keadaan yang digabungka=
n dari manusia yang diekspresikan sebagai kemampuan untuk menentukan tujuan=
hidup, berkembang, tumbuh dan produksi serta memimpin.

-Konsep lingkungan.
Roy mendefinisikan keadaan lingkungan secara khusus yaitu semua keadaan, ko=
ndisi dan pengaruh dari sekeliling dan perasaan lingkungan serta tingkah la=
ku individu dan kelompok.
=20
-Arah tindakan.
Aktivitas perawatan direncanakan oleh model sebagai peningkatan respon adap=
tasi atas situasi sehat atau sakit. Sebagai batasan adalah pendekatan yang =
merupakan tindakan perawat memanipulasi stimuli fokal, kontekstual dan resi=
dual yang menyimpang pada manusia. Rangsangan fokal dapat dirubah tetapi pe=
rawat dapat meningkatkan respon adaptasi dengan memanipulasi rangsangan kon=
tekstual dan residual. Perawat dapat mengantisipasi kemungkinan respon seku=
nder yang tidak efektif pada rangsangan yang sama pada keadaan tertentu. Pe=
rawat juga dapat menyiapkan manusia untuk diantisipasi dengan memperkuat re=
gulator, cognator dan mekanisme koping.=20

B A B III
PROSES KEPERAWATAN

=09Sebagai dasar dalam melaksanakan proses keperawatan, Roy berpendapat bah=
wa pasien harus dipandang sebagai manusia yang utuh (pandangan yang menyelu=
ruh) baik dari aspek biologis, psikologis dan spiritual. Di samping itu pas=
ien pun harus dipandang sebagai suatu system yang dapat hidup melalui inter=
aksi yang konstan dengan lingkungannya.

Hubungan Teori Roy dengan Proses Keperawatan.
Model adaptasi Roy menawarkan standar untuk mengembangkan atau melaksanakan=
proses keperawatan melalui elemen =E2=80=93 elemen Roy meliputi :
-Pengkajian tingkat pertama (I).
Tahap ini ditujukan untuk menentukan sekumpulan tingkah laku sebagai system=
adaptasi yamg berhubungan dengan empat model adaptasi melalui pendekatan y=
ang sistematis dan menyeluruh (holistic) kemudian perawat mengklarifikasi =
menjadi fokus pembahasan/penanganan.=20
-Pengkajian tingkat kedua (II).
Sebagai kelanjutan dari pengkajian tingkat pertama, perawat menganalisa mas=
alah =E2=80=93 masalah keperawatan yang muncul dari gambaran tingkah laku k=
lien sebagai respon yang tidak spesifik atau mengidentifikasi respon yang a=
daptif setelah diberi dorongan oleh perawat. Hal lain yang menjadi perhatia=
n perawat pada tahap ini adalah mengumpulkan data tentang rangsangan kontek=
stual dan residual yang menyimpang kemudian mengklarifikasikan tentang etio=
logi masalah yang muncul tersebut.
-Perumusan diagnosa keperawatan
Roy menganalisa tiga metode pembuatan diagnosa keperawatan dengan cara seba=
gai berikut : (a) memakai tipologi diagnosa yang dikembangkan oleh Roy dan =
dihubungkan dengan empat model adaptasi dari Roy, (b) merumuskan diagnosa d=
engan mengobservasi tingkah laku sepanjang rangsangan masih berpengaruh, (c=
) kesimpulan satu atau lebih model adaptasi yang berhubungan dengan respon =
yang sama.
-Penentuan tujuan keperawatan.
Tujuan adalah akhir tngkah laku pasien yang akan dicapai. Hal tersebut terg=
ambar dalam tingkah laku pasien yang menunjukkan resolusi dari masalah adap=
tasi. Tujuan jangka panjang menggambarkan akhir dari masalah adaptasi dan k=
emungkinan kemampuan pada tujuan lain (hidup, tumbuh, reproduksi, dan kekua=
saan). Tujuan jangka pendek merupakan tujuan yang diharapkan dari tingkah l=
aku klien setelah memanipulasi penyebabnya, pendorong dan rangsangan sisa =
seperti keadaan tingkah laku klien yang menunjukkan koping =E2=80=93 koping=
cognator dan regulator. Tujuan ini sebaiknya dibuat sesuai kemampuan klien=
.=20
-Intervensi keperawatan.
Pelaksanaan perawatan direncanakan dengan tujuan mengubah atau memanipulasi=
stimuli foka,l, kontekstual dan residual. Intervensi mungkin juga difokusk=
an pada kemampuan koping individu atau zone adaptasi sehingga seluruh rangs=
angan sesuai dengan kemampuan individu untuk beradaptasi.=20
-Evaluasi.
Proses keperawatan dilengkapi dengan evaluasi, tujuan tingkah laku dibandin=
gkan dengan tingkah laku keluaran seseorang. Penyusunan kembali terhadap tu=
juan dan intervensi berdasarkan evaluasi data.
=09
Hubungan Teori dan Praktek Keperawatan.
Menurut Roy proses keperawatan meliputi pengkajian pertama, pengkajian kedu=
a, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. Jadi antara=
teori dan praktek keperawatan ada hubungannya yang akan kita bahas di bawa=
h ini.
Physiologic mode.
Oksigenasi (oxygenation).
kekurangan oksigen (hypoxia)
shock
kelebihan oksigen (overload)
Kebutuhan nutrisi (nutrition).
kekurangan nutrisi (malnutrition).
mual =E2=80=93 mual (nausea).
muntah (vomiting)
Eliminasi (elimination)
konstipasi (constipation)
diare (diarrhea)
buang air besar tidak terasa (incontinence)
retensi BAK (urinary retention).
Aktivitas dan istirahat (activity and rest).
aktivitas fisik yang tidak adekuat (inadequate physical activity).
potensial kerusakan jaringan
istirahat tidak cukup
tidak bisa tidur (insomnia).
kurang tidur (sleep deprivation)
istirahat yang berlebihan.
Integritas kulit (skin integrity).
gatal (itching)
kulit kering (skin dry)
luka karena tekanan (pressure sores)
Model konsep diri (self concept mode).
Gambaran diri (physical self)
penurunan konsep seksual
perilaku seksual yang agresif
kehilangan anggota badan
Konsep diri (personal self)
Cemas (anxiety)=20
tak berdaya (powerlessness)
perasaan bersalah (guilt)
rasa rendah diri (low self esteem)
Model fungsi peran (role function mode)
Transisi peran (role trantition)
Kehilangan peran (role distance)
Konflik peran (role conflict)
Kegagalan peran (role failure).
Model ketergantungan (interdependence mode).
Cemas karenaa perpisahan (separation anxiety).
Kesepian (loneliness).

PENUTUP

Kesimpulan.
Setelah melakukan pendalaman & eksplorasi terhadap model konseptual Sister =
Calista Roy maka Penulis dapat membuat kesimpulan sebagai berikut :
-Model konseptual Sister Calista Roy menekankan pola asuhan pada adaptasi s=
ehat atau sakit
-Model konseptual Sister Calista Roy terbagi dalam 5 elemen dasar yaitu man=
usia, tujuan perawatan, lingkungan, konsep kesehatan dan arah tindakan.
-Model konseptual Sister Calista Roy dalam proses keperawatan terdiri 6 el=
emen yaitu :
1.Pengkajian pertama.
2.Pengkajian kedua.
3.Diagnosa keperawatan.
4.Penentuan tujuan
5.Intervensi.
6.Evaluasi.

Saran.
Setelah pelaksanaan eksplorasi model konseptual Sister Calista Roy Penulis =
dapat memberikan saran sebagai berikut :
-Model konseptual Sister Calista Roy cukup baik untuk diterapkan pada pasie=
n yang menghadapi gangguan psikologis.
-Model konseptual Sister Calista Roy perlu diujicobakan pada ruang geriatri=
c, bangsal jiwa dan bangsal umum dengan masalah psikologis.
-Model konseptual Sister Calista Roy mungkin perlu diujicobakan pada rumah =
sakit jiwa di negara Indonesia dalam rangka meningkatkan asuhan keperawatan=
.

DAFTAR PUSTAKA

-Doenges, Marillyn E, et.al, (1989), Psychiatrics Care Plants : Guidelines =
for Client Care, F.A. Davis Company, Philadelphia.

-Gaffar Jumadi La Ode, (1999), Pengantar Keperawaan Profesional, EGC, Jakar=
ta.

-George, Julia B, (1990), Nursing Theories : The Basic for Professional Nur=
sing Practice, Practice Hall International Inc, New Jersey.

-Gordon, Majory, (1992), Manual of Nursing Diagnosis, Mosby Years Book, St.=
Louis.

-Henderson, Virginia, (1990), Nursing Models A Major Steps Towards : Profes=
sional Autonomy, Mosby Years Book, New York.

-Mediana, Dwidiyanti, (1998), Aplikasi Model Konseptual Keperawatan, Akper=
Depkes, Semarang.

Jumat, 27 November 2009

KONSEP DASAR MANUSIA

Manusia sebagai mahluk holistic
Holistik berarti keseluruhan / utuh: -PSYCHOLOGIC
-SPIRITUAL
-BIOLOGIC -SOCIOLOGIC


A MODEL OF THE COMPONENTS OF THE HOLISTIC PERSON

A.BIOLOGIC
Manusia merupakan suatu susunan system organ tubuh
Mempunyai kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya
Tidak terlepas dari hukum alam dilahirkan berkembang à mati

B.PSIKOLOGIK
Manusia mempunyai struktur kepribadian
Tingkah laku sebagai manifestasi dari kejiwaan
Mempunyai daya fikir dan kecerdasan
Mempunyai kebutuhan psikologi agar pribadi dapat berkembang

C.SOSIAL
Manusia perlu hidup bersama orang lain dan saling kerja sama untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidupnya
Dipengaruhi oleh kebudayaan
Dipengaruhi dan beradaptasi dengan lingkungan social
Dituntut untuk bertingkah laku sesuai dengan harapan dan norma yang ada

D.SPIRITUAL
Mempunyai keyakinan / mengaku adanya Tuhan
Memiliki pandangan hidup , dorongan hidup yang sejalan dengan sifat religius yang dianutnya
Teori Holistik :Seluruh organisme hidup saling berinteraksi

Adanya gangguan pada satu bagian akan mempengaruhi bagian yang lain

Jika mempelajari satu bagian dari manusia harus mempertimbangkan bagaimana bagian tersebut berhubungan dengan bagian yang lain

PERAWAT

Harus mempertimbangkan interaksi individu dengan lingkungan eksternal
Manusia sebagai system

Sistem terdiri dari :
A.Unsur - unsur { kompenen , elemen ,sub system }
B.Batasan
C.Tujuan

Manusia sebagai system terbuka yang terdiri dari berbagai sub system yang saling berhubungan secara terintegrasi untuk menjadi satu total system

Komponen Biologik à anatomi tubuh
Komponen Psikologik à kejiwaan
Komponen Spiritual à Kepercayaan agama
Komponen Sosial à lingkungan

Manusia sebagai system adaptif

Adaptasi à Proses perubahan yang menyertai individu dalam berespon terhadap perubahan lingkungan mempengaruhi integritas atau keutuhan
Lingkungan : seluruh kondisi keadaan sekitar yang mempengaruhi perkembangan organisme atau kelompok organisme

4 Tingkatan dan respon fisiologik untuk memudahkan adaptasi
a.Respon takut { mekanisme bertarung }
b.Respon inflamasi
c.Respon stress dan respon sensori
Roy { 1976 } à Prilaku adaptif merupakan perilaku individu secara utuh Beradaptasi dan menangani rangsang lingkungan

Manusia sebagai system personal, interpersonal dan social

King { 1976 } : 3 dinamik system interaksi dalam konsep manusia
1.Individu { system personal } 2.Keluarga { system interpersonal } 3.Masyarakat { Sistem social }


Perawat harus mengerti tentang
ngerti tentang ngerti tentang Konsep :
Konsep : Konsep - organisasi
Self - interaksi - power
Persepsi - peran - otoritas
tumbuh - komunikasi - pengambilan keputusan
kembang

Kebutuhan dasar manusia

King : Perubahan energi didalam maupun diluar organisme yang ditujukan melalui respon perilaku terhadap situasi kejadian dan orang

Roy : Kebutuhan individu yang menstimulasi respon untuk mempertahankan integritas

Abraham Maslow { 1970 } mengembangkan teori KDM :
Hirarki kebutuhan manusia

Kebutuhan pada satu tingkat harus terpenuhi sebelum beralih ke tingkat berikutnya

5 Kategori kebutuhan dasar manusia menurut Maslow :
1.Kebutuhan fisiologis { Physiologic needs }
2.Kebutuhan rasa aman dan perlindungan { safety and security needs }
3.Kebutuhan rasa cinta, memiliki dan dimiliki { love and belonging needs }
4.Kebutuhan harga diri { self-esteem needs }
5.Kebutuhan perwujudan diri { need for self actualization }

5 Kategori kebutuhan manusia

Self actualization
Self esteem
Love a belonging
Safety and security
Physiologic


Dr Abraham Maslow

1.Kebutuhan Fisiologis
-Oksigen dan pertukaran gas
-Cairan
-Makanan
-Eliminasi
-Istirahat dan tidur
-Aktifitas
-Keseimbangan temperatur tubuh
-Sex

2.Kebutuhan rasa aman { aspek fisik dan psikologi }
-Kebutuhan akan perlindungan dari udara, dingin, panas, kecelakaan, infeksi
-Bebas dari ketakutan, kecemasan


3.Kebutuhan rasa cinta, memiliki, dan dimiliki
-Memberi dan menerima kasih sayang, kehangatan, persahahatan
-Mendapat tempat dalam keluarga dan kelompok social

4.Kebutuhan harga diri
-Perasaan tidak tergantung, kompeten, respek terhadap diri sendiri dan orang lain

5.Kebutuhan perwujudan diri
-Dapat mengenal diri dengan baik tidak emosional, punya dedikasi tinggi, kreatif, percaya diri dan sebagainya

Karakteristik kebutuhan dasar manusia :
-Setiap orang mempunyai kebutuhan dasar yang sama dimana setiap kebutuhan dimodifikasi sesuai dengan kultur.
-Seseorang memenuhi kebutuhannya sesuai prioritas.
Walaupun kebutuhan umumnya harus dipenuhi, beberapa kebutuhan dapat ditunda.
Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan menghasilkan ketidakseimbangan hemeostatik yaitu sakit.
Kebutuhan dapat membuat seseorang berfikir dan bergerak untuk memenuhi rangsang internal dan eksternal.
Seseorang dapat merasakan adanya kebutuhan dapat berespon dengan berbagai cara.
Kebutuhan saling berkaitan beberapa kebutuhan yang tidak terpenuhi akan mempengaruhi kebutuhan lainnya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan :
Penyakit
Berhubungan dengan kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan

Perawat dapat membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan pada setiap saat

Hubungan yang berarti
Keluarga, support person

Perawat dapat membina hubungan yang berarti dengan pasien
Dapat membantu pasien menyadari kebutuha mereka dan mengembangkan cara yang sehat untuk memenuhi kebutuhan

Konsep diri
Mempunyai kemampuan individu untuk memenuhi kebutuhan dan juga kesadarannya apakah kebutuhan tepenuhi atau tidak.

Orang yang merasa dirinya baik, mudah untuk berubah, mengenal kebutuhan dan mengembangkan cara yang sehat untuk memenuhi kebutuhan.

Tahap perkembangan
A.Erikson : jika individu dapat membina hubungan intimacy, maka kebutuhan cinta dan rasa memiliki terpenuhi.
B.Maslow : kebutuhan aktualisasi dirinya utuh mempunyai karakteristik sebagai berikut :

Realistik, melihat kehidupan secara penuh dan objektif, tentang apa yang diobservasinya.
Cepat menyesuaikan diri dengan orang lain.
Mempunyai persepsi yang tinggi dan tegas.
Mempunyai dugaan yang benar terhadap sesuatu kebenaran dan kesalahan.
Sering / selalu akurat dalam memprediksi kejadaian yang akan dating.
Mengerti seni, musik, politik dan filosofi.
Rendah hati, mendengar orang lain dengan penuh perhatian.
Mempunyai dedikasi untuk bekerja sama, bertugas dari tempat kerja.
Berkreatifitas, fleksibel, spontan, berani dan sudi mengakui kesalahan.
Terbuka ide-ide baru.
Percaya diri dan menghargai diri.
Konfliks diri yang rendah, kepribadian yang interaksi.
Menghargai diri sendiri, tidak membutuhkan kemasyura, mempunyai perasaan kontrol terhadap diri sendiri.
Kemandirian tinggi, mempunyai hasrat privacy.
Dapat tampil, tidak mengecilkan diri, objektif dan tidak memihak.
Bersahabat, menyayangi dan lebih banyak menentukan dilingkungannya.
Dapat mengambil keputusan apabila ada pertentangan pendapat.
Berfokus pada masalah { problem centred } tidak berfokus pada pribadi.
Menerima dunianya apa adanya.

Kesimpulan :
Tidak semua manusia terpenuhi kebutuhan aktualisasi diri secara utuh.
Maslow tidak percaya bahwa inteligensia akan memnuhi kebutuhan aktualisasi diri.
Maslow mempelajari bahwa aktualisasi diri dihasilkan karena kematangan.

Seseorang terpenuhi aktualisasi diri akan
Mungkin tidak selalu berbahagia.
Sukses dan menyesuaikan diri dengan baik.
Pernah merasa ragu-ragu.
Merasakan kegagalan dan takut.
Mempunyai kemampuan berjanji secara positif mengenai ketakutan, kegagalan, kelemahan.

Richard Kohsh { 1977 } : mengadaptir hirarki Maslow dan membenarkan kategori kebutuhan diantara kebutuhan fisiologis dan kebutuhan rasa aman mencakup sex, aktifitas, eksplorasi, manipulasi, novelty.
R. Kosh menegaskan :
Kebutuhan anak-anak untuk mengeksplorasi
Manipulasi lingkungan untuk meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan secara optimal.

Karakteristik kebutuhan dasar :
1.Semua manusia mempunyai kebutuhan dasar yang sama
Kebutuhan perseorang akan dimodifikasi sesuai kultur.
Persepsi terhadap kebutuhan bervariasi tergantung kemampuan belajar dan stndard kebudayaan.
2.Manusia memenuhi kebutuhan dasar mereka tergantung kepada prioritasnya.
3.Kebutuhan dasar secara umum harus dipenuhi, beberapa kebutuhan dapat ditunda.
4.Kelemahan dalam mendapatkan kebutuhan satu atau lebih dapat menimbulkan homeostasis imbalance, tidak dapat terpenuhi sakit.
5.Kebutuhan dapat ditimbulkan oleh berbagai rangsangan eksternal / internal
Internal à rasa lapar à membuat seseorang berfikir tentang makanan.
Eksternal à bentuk kue yang menarik.
6.Seseorang yang merasakan kebutuhannya dapat menanggapi berbagai cara untuk mendapatkannya. Memilik respon, sebagian besar tergantung kepada pengalaman belajar, nilai, budaya.
7.Kebutuhan-kebutuhan saling berinteraksi, beberapa kebutuhan tidak terpenuhi akan mempengaruhi kebutuhan lain.

KONSEP SEHAT - SAKIT

Definisi
Sehat { WHO }
Suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental dan social serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.

Mengandung 3 karakteristik :
1.Mereflesikan perhatian pada individu sebagai manusia.
2.Memandang sehat dalam konteks lingkungan insternal dan eksternal.
3.Sehat diartikan sebagai hidup yang kreatif dan produktif.

PRESIDENTS COMISSION ON HEALTH NEED OF NATION STATED [1953]
Sehat bukan merupakan suatu kondisi, tetapi merupakan penyesuaian, bukan merupakan suatu keadaan tetapi merupakan proses.
Proses adaptasi individu yang tidak hanya terhadap fisik mereka tetapi terhadap lingkungan sosialnya.

DEFINISI SEHAT [ KEPERAWATAN ]
1.Pender { 1982 }
Sehat adalah aktualisasi { perwujudan } yang diperoleh individu melalui kepuasan dalam berhubungan dengan orang lain. Perilaku yang sesuai dengan tujuan perawatan diri yang kompeten sedangkan penyesuaian diperlukan untuk mempertahankan stabilitas dan integritas structural.
Definisi sehat menurut Pender mencakup stabilitas dan aktualisasi.

2.Payne {1983}
Sehat adalah fungsi efektif dari sumber-sumber perawatan diri {self- care resources } yang menjamin tidakan untuk perawatan diri {self care actions} secara adekuat.
Self care recources mencakup pengetahuan, ketrampilan dan sikap.
Self care actions perilaku yang sesuai dengan tujuan diperlukan untuk memperoleh, mempertahankan dan meningkatkan fungsi fisik, psikososial dan spiritual.

Definisi sehat menurut perseorangan pengertian dan gambaran seseorang tentang sehat sangat bervariasi : persepsi.

Faktor yang mempengaruhi diri seseorang tentang sehat :
1. Status perkembangan
Kemampuan mengerti tentang keadaan sehat dan kemampuan berespon terhadap perubahan dalam kesehatan dikaitkan dengan usia.
Contoh : bayi dapat merasakan sakit, tetapi tak dapat mengungkapkan dan mengatasi.
Pengetahuan perawat tentang status perkembangan individu memudahkan untuk melaksanakan pengkajian terhadap individu dan membantu, mengantisipasi perilaku-perilaku selanjutnya.

2. Pengaruh social dan kultural
Masing-masing kultur punya pandangan yang sehat diturunkan dari orangtua à anak
Contoh : cina à sehat adalah keseimbangan antara yin dan yang.
Sosek {ekonomi rendah}, flu sesuatu yang biasa, merasa sakit.

3. Pengalaman masa lalu
Seseorang dapat mempertimbangkan adanya rasa nyeri/sakit atau disfungsi {tidakberfungsi} keadaan normal karena pengalaman sebelumnya. Membantu menentukan definisi seorang tentang sehat.

4. Harapan seseorang tentang dirinya
Seseorang mengharapkan dapat berfungsi pada tingkat yang tinggi baik fisik maupun psikososialnya jika mereka sehat.

Faktor lain yang berhubungan dengan diri
Bagaimana individu menerima dirinya dengan baik/secara utuh.
Self esteem.
Body image.
Kebutuhan.
Peran.
Dan kemampuan.
Jika ada ancaman : anxiety {cemas} :
Dengan mengerti persepsi tentang sehat dan sakit.
Perawat dapat memberi bantuan yang berarti pada individu untuk mencapai keadaan sehat.

Definisi sakit
Yaitu definisi/penyimpangan dari status sehat.

1.Person {1972}
Sakit adalah gangguan dalam fungsi normal individu sebagai totalitas, termasuk keadaan organisme sebagai system biologis dan penyesuaian sosialnya.

2.Bauman {1965}
Seseorang menggunakan 3 kriteria untuk menentukan apakah mereka sakit.
Adanya gejala : naiknya temperatur, nyeri
Persepsi tentang bagaimana mereka merasakan : baik, buruk, sakit.
Kemampuan untuk melaksanakan aktifitas sehari-hari, bekerja, sekolah

Penyakit adalah istilah medis yang digambarkan sebagai gangguan dalam fungsi tubuh yang menghasilkan berkurangnya kapasitas.

Hubungan antara sehat, sakit dan penyakit

Pada dasarnya merupakan keadaan sehat dan sakit.
Hasil interaksi seseorang dengan lingkungan.
Sebagai manifestasi keberhasilan/kegagalan dalam beradaptasi dengan lingkungan.
Gangguan kesehatan : ketidakseimbangan antara factor : Host-Agent-Environment

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku sehat
Sehat dan sakit berada pada suatu rentang dimana setiap orang bergerak sepanjang rentang tersebut.
Rentang sehat-sakit :
Suatu skala ukur secara relatif dalam mengukur keadaan sehat/kesehatan seseorang.
Kedudukan pada tingkat skala ukur : dinamis dan bersifat individual.
Jarak dalam skala ukur : keadaan sehat secara optimal pada satu titik dan kemauan pada titik yang lain.

Rentang sehat-sakit model holistic health
ß-------------------------------------------------------------------------------------------------à
Sejahtera sakit sekali sehat normal setengah sakit sakit atau kurang sehat sakit kritis mati

Tahapan sakit menurut Suchman :
Tahap mengalami gejala
Tahap transisi : individu percaya bahwa ada kelainan dalam tubuhnya, merasa dirinya tidak sehat/merasa timbulnya berbagai gejala/ merasa ada bahaya.
Mempunyai 3 aspek :
Secara fisik : nyeri, panas tinggi.
Kognitif : interprestasi terhadap gejala
Respon emosi terhadap ketakutan/ kecemasan
Konsultasi dengan orang terdekat, gejala, perasaan, kadang-kadang mencoba pengobatan dirumah.

Tahap asumsi terhadap peran sakit {sick role }
Penerimaan terhadap sakit.
Individu mencari kepastian sakitnya dari keluarga atau teman : menghasilkan peran sakit.
Mencari pertolongan dari profesi kesehatan yang lain, mengobati sendiri, mengikuti nasehat teman/ keluarga.
Akhir dari tahap ini dapat ditemukan bahwa gejala telah berubah dan merasa lebih baik. Individu masih mencari penegasan dari keluarga tentang sakitnya. Rencana pengobatan dipenuhi/ dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman selanjutnya.
3. Tahap kontak dengan pelayanan kesehatan
Individu yang sakit : meminta nasehat dari profesi kesehatan atas inisiatif sendiri
3 tipe informasi
Validasi keadaan sakit.
Penjelasan tentang gejala yang tidak dimengerti.
Keyakinan bahwa mereka akan baik.
Jika tidak ada gejala : individu mempersepsikan dirinya sembuh, jika ada gejala kembali pada profesi kesehatan.
4.Tahap ketergantungan
Jika profesi kesehatan memvalidasi { memantapkan } bahwa seseorang sakit : menjadi pasien yang tergantung untuk memperoleh bantuan.

Setiap orang mempunyai tingkat ketergantungan yang berbeda sesuai dengan kebutuhan.
Perawat : - Mengkaji kebutuhan ketergantungan pasien dikaitkan dengan tahap
perkembangan
- Support terhadap perilaku pasien yang mengarah pada kemandirian.
5.Tahap penyembuhan
Pasien belajar untuk melepaskan peran sakit dan kembali pada peran sakit dan fungsi sebelum sakit.
Kesiapan untuk fungsi social.
Perawat : - Membantu pasien untuk berfungsi dengan meningkatkan kemandirian.
- Memberi harapan dan support.

Perilaku peran sakit { side role behaviour } yaitu kegiatan yang dilakukan oleh individu yang mempertimbangkan dirinya sakit dengan tujuan memperoleh kesehatan.

Parson : 4 aspek dari peran sakit :
Klien tidak memegang tanggung jawab untuk kondisi mereka { selama kondisi sakit }.
Klien dibebaskan dari tugas dan fungsi social.
Klien diharuskan untuk berusaha memperoleh kondisi sehat secepat mungkin.
Klien dan keluarga harus mencari bantuan orang yang kompeten.

Dampak sakit :
Efek sakit terhadap anggota keluarga, orang yang sakit : mempengaruhi keluarga dan orang berarti lainnya : jenis dari efek dan luasnya tentang aspek:
Anggota keluarga mana yang sakit.
Serius dan lamanya sakit.
Adat dan kebiasaan yang dipegang oleh keluarga.

Perubahan yang terjadi pada keluarga :
Perubahan peran.
Meningkatnya stress sampai dengan kecemasan tentang hasil dari penyakit dan konflik tentang ketidakbiasaan tanggung jawab.
Masalah keuangan.
Kesepian akibat dari perpisahan.
Perubahan dalam kebiasaan social.

Dampak dirawat : efek dari hospitalisasi dapat menganggu
Privasi seseorang.
Perasaan menyenangkan yang mereflek ke tingkat penghargaan social.
Autonomy : keadaan kemandirian dan mengatur diri sendiri tanpa adanya kontrol dari luar.
Gaya hidup, adanya ketentuan di RS.
Peran , peran berubah jika dirawat, contoh : orangtua tidak dapat memenuhi tanggungjawab sebagai orangtua secara moral.
Ekonomi, perawat dapat memberi support terhadap aktivitas yang meningkatkan kesehatan yang dapat mengembalikan klien terhadap aktifitas normal sesegera mungkin.
Sehat secara tidak langsung dan berusaha terus menerus beradaptasi terhadap stress baik yang datang dari lingkungan internal maupun ekternal, secara berlanjut guna mengoptimalkan sumber yang potensial harus dicapai secara maximal untuk hari kehidupannya.

Pender {1982} :
-Memasukkan kecendrungan stabilitas dan aktualisasi.
-Pengakuan yang konflek dan memerlukan potensi manusia dengan hubungannya.
-Tujuan langsung dan kompetensi pribadi melalui penyesuaian.
-Menjaga stabilitas dan integritas struktur.

Payne sehat :
Fungsi efektif dari perawatan pribadi yang digali dari interaksi antara perawatan itu sendiri.
Perawatan pribadi termasuk dalam pengetahuan kemampuan ketrampilan dan sikap.
Self care action merupakan tujuan langsung dari tingkah laku yang meliputi pemeliharaan atau peningkatan fisik, psikososial dan spiritual.

Definisi dari sehat perorangan :
Sehat adalah tingkat kondisi yang tertinggi dari manusia.
-Merupakan perubahan yang komplek.
-Bila diartikan menurut individu harus dilihat dari berbagai factor.

Model ekologi : interaksi dinamis host-agent-environment.

Host : Seseorang atau sekelompok orang dimana cendrung atau tidak cenderung resiko terkena penyakit.

Agent : Faktor-faktor yang ada/tidak ada dalam lingkungan yang dapat menimbulkan penyakit.

Lingkungan : Termasuk lingkungan intrinsic maupun ekstinsik, yang mana ada atau tidak adanya factor predisposisi dari individu itu sendiri pada perkembangan penyakitnya.{Payne,1983}.


Definisi sehat :

Dorothy E. Johnson { teori system tingkah laku }.

Sehat adalah keadaan yang sukar dipahami, dinamik, psikologik dan social.
Sehat adalah refleksi dari system organisasi, interaksi, interdependent dan interaksi dari subsistem dari system tingkah laku.
-Manusia berusaha mencapai keseimbangan dalam system.
-Keseimbangan merupakan petunjuk berfungsinya tingkah laku.
-Kurang seimbangnya struktur atau fungsinya dari subsistem merupakan petunjuk bahwa adanya tanda-tanda kurang sehat.

Imogene King { teori pencapaian hasil }

-Sehat dipandang sebagai suatu keadaan yang dinamik dalam siklus hidup.
-Sakit merupakan suatu gangguan dalam siklus hidup.

SELAMAT IDUL AD'HA

10 DZULHIJJAH 1430 H
MIME-Version: 1.0
Content-Type: text/plain; charset=UTF-8
Content-Transfer-Encoding: 7bit

Semoga kita bisa mengambil kesempatan MENDEKATKAN diri kepada Allah dengan beribadah PUASA 'ARAFAH dan SHOLAT IDUL ADHA dan BERQURBAN...dan semoga menjadi AMALAN yang MENYELAMATKAN dari SIKSA NERAKA dan MEMASUKKAN KE SURGA.
Amien.....

Jumat, 20 November 2009

KONSEP KEPERAWATAN GERONTIK DAN

TEORI BIO PSIKO SOSIAL
SPIRITUAL
PADA TEORI AGING
MIME-Version: 1.0
Content-Type: text/plain; charset=UTF-8
Content-Transfer-Encoding: quoted-printable

Geriatri
Dari kata yunani yang artinya =E2=80=9C umur tua =E2=80=9C adalah cabang da=
ri kedokteran yang mempelajari masalah atau penyakit pada lansia.
Gerontologi .
Dari kata Geron ( orang tua ) adalah imu yang mempelajari proses penuaan da=
n masalah pada orang tua dan mempelajari dari aspek =E2=80=93 aspek biologi=
, sosiologi,psikologi dan spritual.
Gerontological Nursing .
Kekhususan pada keperawatan yang memperhatikan pengkajian kesehatan dan sta=
tus fungsional pada lanjut usia, merencanakan, dan mengimplementasikan pera=
watan kesehatan dan pelayanan sesuai dengan kebutuhan dan mengevaluasi keef=
ektifan perawatan yang siberikan.
Gerontik Nursing.
Lebih luas dari geriatrik atau gerontologik nursing karena memperhatikan un=
sur =E2=80=93 unsur carring dan kenyamanan.

Latar belakang mempelajari lansia :=20
Proses penuaan merupakan proses penting yang akan dilewati oleh semua indiv=
idu yang mengalami usia panjang
Jumlah populasi lansia meningkat karena peningkatan ilmu pengetahuan termas=
uk ilmu pengetahuan kesehatan sehingga meningkatkan angka harapan hidup man=
usia.
Peningkatan sarana kesehatan dirumah sakit maupun diluar rumah sakit menyeb=
abkan masyarakat mudah memperoleh pelayanan kesehatan sehingga akan meningk=
atkan jumlah populasi lansia.
Dikatakan lansia apabila usia lebih dari 54 tahun.

Lansia menurut UU no 23 tahun 1992.
Manusia usia lanjut adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubaha=
n biologik, fisik, kejiwaan dan sosial. Perubahan ini akan memberikan penga=
ruh pada aspek kehidupan termasuk kesehatannya. Oleh karena itu kesehatan m=
anusia usia lanjut perlu mendapat perhatian khusus dengan tetap dipelihara =
dan ditingkatkan agar selama mungkin dapat hidup secara produktif sesuai d=
engan kemampuannya, sehingga dapat berperan aktif di dalam pembangunan.
Dampak peningkatan populasi lansia pada keperawatan.=20
AGEISM : anggapan bahwa umur sudah tua.
Prektek keperawatan.
Pendidikan keperawatan.
Penelitian keperawatan.
Setting pelayanan kesehatan.
Seting pelayanan akut.
Fasilitas keperawatan.
Home care.
Perawatan berkelanjutan.

Keperawatan gerontik .
Pelayanan profesional yang didasarkan pada ilmu keperawatan gerontik dengan=
kiat tentang keperawatan lansia dalam bentuk pelayanan bio, psiko, sosio, =
spiritual yang komprehensif ditujukan pada orang dewasa menjelang lanjut us=
ia ( 45 =E2=80=93 54 tahun ), lanjut usia ( 55 =E2=80=93 64 tahun ) dan la=
nsia resiko tinggi ( > 64 tahun ) baik sehat maupun sakit dalam konteks kel=
uarga.

TEORI MENUA / AGING
Teori Stochastik.
Error Teori.
Teori berdasar ide bahwa kekacauan atau keresahan terjadi didalam transkrip=
si pada sintesa DNA, keresahan ini menyebabkan sistem tidak dapat berfungsi=
secara optimal sehingga kematian dan penuaan terjadi.
b. Free radikal / bebas.
Radicak free diproduksi oleh metabolisme. Ketika hasil metabolisme=
/ produksi terakumulasi maka akan merusak membran sel sehingga akan mengur=
angi efisiensi tubuh menghasilkan antioksidan yang akan mencari radikal beb=
as.

c. Cros Linkage Teory / ikatan silang.
Penambahan umur menyebabkan ikatan silang, sehingga protein tuidak=
dapat melakukan aktifitas metabolisme secara normal dan sampel terakumulas=
i dalam sel, hasil jaringan tidak dapat berfungsi secara optimal.
Wear and Tear Teory.
Adanya persamaan antara manusia dengan mesin, hipotesa dari penuaan adalah =
berkaitan dengan menggunakan karang setiap jaringan yang sudah dipakai tida=
k setiap waktu dapat diperbaiki kembali.


Teori Non =E2=80=93 Stochastic
a. Programed Teory.
Hayfick dan Moore Head mendemontrasikan bahwa sel normal dibagi dal=
am jumlah terbatas, sehingga harapan hidupnya diprogram dahulu.
Immunity Teory.
Proses sistem immun paling spesifik pada limposit. Perubahan ini menyebabka=
n individu lebih mudah terserang penyakit.
Peningkatan auto antibody karena gangguan pengaturan sistem immun merupa=
kan predisposisi dari penyakit.
Menurunnya proliferasi limposit T.
Berkurangnya respon terhadap benda asing dan generalisasi dari fungsi li=
mposit T
Emergency Teory.
Pase Maker Teory / Neuro Endokrin kontak.
Kontrol sistem neuroendokrin penting untuk pertumbuhan dan perkembangan hip=
otalamus dan DHEA ( DEHIDROEPIANDROSTERON) dan melatonin berpesan pada pro=
ses penuaan.
b. Metabolik Teory of AGING / Calori Restriction. =20
Setiap organisme mempunyai waktu hidup melebihi orang dengan metab=
olisme lebih tinggi mempunyai rentang hidup lebih cepat.
c. DNA Related Research.
Pemetaan genom dan diidentifikasikan adanya proses penuaan.
Penemuan telomese dan ditentukan diujung kromosom, tempat fungsi biologi te=
rkunci.
Teori Sosiologi .
Disengegement Teory.
Sebagai individu yang tua akan menghindar dari masyarakat dan masyarakat=
mendukung juga proses proses penghindaran tersebut.
Activity / Developmental Task Teory.
Individu membutuhkan aktifitas tetap untuk mencapai keberhasilan. Aktifitas=
diperlukan untuk mempertahankan kepuasaan hidup dan konsep diri yang posit=
if
c.=09Continuity Teory.
Individu akan berespon dengan penuaan sama dengan ketika berespon pada keja=
dian hidup sebelumnya, persamaannya adalah kebiasaan selama perkembangan me=
njadi dewasa akan dipertahanlan ketika lansia

d.=09Age Stratification Teory.
Masyarakat terdiri dari kelompok pengikut pada umur yang sama, orang dan pe=
ran dalam perubahan anggota dan pengaruh yang lain sesuai dengan besarnya m=
asyarakat sehingga adanya ketergantungan antara lanjut usia dengan lingkung=
an
Person Environment Teory.
Individu yang mempunyai kompetensi akan membantu didalam tawar menawar deng=
an lingkungan. Kemampuan ini berubah sesuai dengan umur, tentunya berdampak=
pada kemampuan orang tua dalam berhubungan dengan lingkungan

Teori psikologi.
a. Hirarki maslow.
Motivasi manusia dilihat dari hirarki kebutuhan pada titik kritis pertumbu=
han dan perkembangan pada semua manusia. Individu dilihat pada partisipasi =
aktif dalam hidup sampai aktualisasi diri. =20
b.=09Jung=E2=80=99s Teory of Individualism
perkembangan dilihat sampai dewasa dengan relisasi tujuan perkembangan kepr=
ibadian.Pada beberapa individu akan mentranformasikan kepada hal-hal spirit=
ual.

c.=09Selective Optimalization with Compensation.
Kemampuan fisik dikurangi oleh umur. Individu dengan yang berhasil pada usi=
anya akan mengkompensasi kekurangan dengan seleksi, optimasi dan kompensasi=
.
d.=09Erikson=E2=80=99s Eight Stage of Life.
Setiap orang mengalami tahap perkembangan selama hidupnya. Pada beberapa ta=
hap akan ada krisis tujuan yang mengintegrasikan kematangan fisik dengan ke=
inginan psikologisnya. Pada beberapa tahap orang berhasil mengatasi krisis =
tersebut. Keberhasilan tersebut akan membantu perkembangan pada tahap selan=
jutnya.Individu ingin selalu memperoleh peluang untuk bekerja kembali sesu=
ai perasaannya untuk mencapai kesuksessannya.
e.=09Peck=E2=80=99s Ekspansion of Erikson=E2=80=99s Teory.
Tahap kritis tugas perkembangan pada usia lanjut adalah ego differensiation=
V.Work role preoccupation body transverence VS body preoccupation, Ego tra=
nsedence VS ego preoccupation.

Perkembangan Moral dan Spriritual.
Spiritual adalah sintesa dari pengalaman kontemplatetif,
Kesakitan, krisis hidup atau kejadian didunia adalah terbatas, menyebabkan =
manusia mendekatkan pada spiriyual.
Perawat membantu klien menemukan arti dalam krisis hidup.

About Me.....

Foto saya
Semarang, Jawa Tengah, Indonesia
Praktisi keperawatan di Dinas Kesehatan Kota Semarang,dosen keperawatan,Clinical Instructure,dan saat ini diberi amanah memimpin PPNI KOTA SEMARANG dan Anggota Bidang Hukum Organisasi & Politik PPNI JAWA TENGAH serta sebagai Sekretaris Uji Kompetensi Perawat MTKP Jawa Tengah. Situs ini dibuat agar bisa memberikan manfaat bagi rekan-rekan sejawat. Silahkan untuk didownload dengan menyertakan link-nya.