Ners Harmoko
Nursing Clinical Practician http://ners-harmoko.blogspot.com
Jumat, 14 Maret 2014
Strategi Penurunan AKI Dan AKB
Target Tujuan Pembangunan Milenium
adalah menurunkan Angka Kematian Ibu
(AKI) menjadi 102/ 100.000 kelahiran hidup
dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi
23/1000 kelahiran hidup.
Tujuan Pembangunan Kesehatan ialah
tercapainya mutu dan lingkungan hidup yang
optimal bagi setiap penduduk, agar mampu
mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi
tingginya yang meliputi kesehatan badaniah,
rohaniah dan sosial, bukan hanya keadaan
bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan.
Angka kematian merupakan indikator peka
unyuk menerangkan keadaan dari
derajatnkesehatan di suatu masyarakat. AKB
dapat mencerminkan masalah kesehatan,
diantaranya pelayanan ibu dan bayi, keadaan
sosial ekonomi dan lain lain.
Peluncuran Survey Demografi dan Kesehatan
Indonesia ( SDKI) 2012 hasilnya sangat
mencengangkan,Angka Kematian Ibu (AKI)
melonjak draktis dari 228/100.000 kelahiran
hidup tahun 2007 menjadi 359/100.000
kelahiran hidup , sedang Angka Kematian
Bayi (AKB) hanya turun sedikit, dari 34/1000
kelahiran hidup (th 2007) menjadi 32 /1000
kelahiran hidup.
Sebagaimana diketahui bersama, tujuan
diluncurkannya Jampersal ( Jaminan
Persalinan ) sejak 3 tahun lalu salah satunya
adalah untuk mempercepat penurunan AKI
dan AKB, lalu siapa yang salah kalau
ternyata bukan menurunkan tetapi justru
menaikkan AKI sedang AKB hanya turun
sedikit.
Dalam upaya pelayanan dalam rangka
penurunan AKI dan AKB, setidaknya ada 3
komponen besar yang terlibat yaitu : 1
Pemerintah, 2. Tenaga kesehatan, 3
Masyarakat.
1. Pemerintah.
Sampai sekarang, Anggaran kesehatan hanya
mendapatkan porsi 2% dari APBN, padahal
seharusnya sejak th 2009, Anggaran
Kesehatan porsinya adalah 5% dari APBN,
seperti yang diamanatkan UU no 36 th 2009
pasal 171 ayat 1. Dari Anggaran yang
sampai sekarang masih hanya sekitar 40%
dari yang seharusnya, sudah tampak bahwa
tidak ada niat baik Pemerintah agar rakyat
mendapatkan pelayanan kesehatan yang
optimal termasuk dalam usaha menurunkan
AKI dan AKB dan hanya bisa ” kebakaran
jenggot” melihat kenyataan AKI dan AKB
yang ditayangkan SKDI 2012.
2. Tenaga kesehatan dan fasilitas
kesehatan.
Tenaga kesehatan dalam rangka upaya
penurunan AKI dan AKB, sebagai ujung
tombaknya adalah pelayanan bidan desa
yang berhubungan langsung dengan
pelayanan ibu dan bayi di masyarakat dan
dokter Puskesmas sebagai ujung tombak
terdepan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat.
Rumah Sakit dengan dokter Spesialis
Kebidanan serta dokter Spesialis Anak dalam
hal penurunan AKI dan AKB adalah pelengkap
sistim dalam upaya tersebut , mereka
berfungsi sebagai pengelola output atau
“hasil produksi” yaitu ibu hamil, melahirkan
dan bayinya.
3. Masyarakat.
Target utama untuk proses penurunan AKI
dan AKB adalah Ibu hamil.
- Bayi Berat Lahir Rendah ( BBLR)
merupakan permasalahan yang penting oleh
karena angka kejadian di Indonesia sangat
tinggi. Salah satu fakta yang kurang dikenal
tetapi penting ialah tentang kematian bayi di
negara sedang berkembang , bahwa 10-12%
dari bayi yang lahir dengan BBLR ( dibawah
2.500 gram) meliputi 30-40% dari semua
kematian dalam tahun pertama kehidupan.
WHO (2002) menunjukkan “fenomena 2/3″
atau ” the two third rule”: 2/3,AKB berasal
dari angka kematian Neonatal ( bayi umur
sampai 28 hari), dari angka kematian
neonatal ini 2/3 kematian terjadi pada usia
kurang dari 1 minggu dan 2/3 dari angka
tersebut meninggal dalam 24 jam pertama.
Dari kematian 24 jam pertama ternyata
tertinggi adalah akibat BBLR, disamping
Asfiksia ( kegagalan bernafas segera setelah
lahir).
Di negara maju, BBLR biasanya merupakan
bayi kurang bulan, sedangkan di negara
sedang berkembang termasuk Indonesia,
BBLR biasanya adalah bayi usia penuh dalam
kandungan, salah satu penyebab utamanya
ialah bahwa ibu tersebut kekurangan gizi
ketika mengandung.
Melihat kenyataan bahwa angka BBLR di
Indonesia masih tinggi dan sebagian besar
kematian bayi adalah BBLR, maka prioritas
penanganan masalah AKB ditujukan terhadap
pencegahan terhadap terjadinya BBLR.
- Dalam upaya penurunan AKI, sudah
didapatkan formula sederhana 4 terlalu dan 3
terlambat :
4 terlalu adalah: Terlalu muda untuk hamil,
terlalu tua untuk hamil, terlalu dekat jarak
hamil dan terlalu banyak anak.
3 terlambat adalah : terlambat untuk
memutuskan dirujuk, terlambat sampai
ditempat rujukan dan terlambat dikelola
ditempat rujukan.
Pada penelitian dapat dibuktikan bahwa
insiden BBLR tinggi pada bayi pertama,
paling rendah pada bayi kedua dan
berikutnya insidennya meninggi lagi. Wanita
yang melahirkan ber kali- kali menunjukkan
suatu keadaan ” maternal depletion
syndrom” , keadaan ini yang mempengaruhi
berat badan anak yang dilahirkan kemudian
umumnya rendah. Pada penelitian di Inggris ,
dimana perbedaan tingkat sosial ekonomi
tidak begitu berpengaruh, dapat dibuktikan
bahwa pada jarak kehamilan terlalu dekat
ternyata mempunyai risiko tinggi BBLR.
Dengan mengatur jarak kehamilan sekitar
3-6 tahun, ternyata angka BBLR dapat
dikurangi dengan 20%. Terlalu muda dan
trrlalu tua hamil sudah terbukti meningkatkan
risiko komplikasi kehamilan seta
meningkatkan risiko BBLR.
Dari uraian diatas, dengan titik tangkap pada
pengelolaan ibu hamil saja, akan
memberikan kontribusi yang besar terhadap
penurunan AKI dan AKB .
Posyandu ( Pos Pelayanan Terpadu)
Posyandu pada dasarnya merupakan salah
satu wujud peran serta masyarakat dalam
pembangunan pembangunan, khususnya
kesehatan, dengan menciptakan kemampuan
untuk hidup sehat bagi setiap penduduk dan
mewujudkan derajat kesehatan masyarakat
yang optimal.
Tujuan penyelenggaraan Posyandu :
1 mempercepat angka penurunan AKB , anak
balita dan angka kelahiran.
2 pempercepat penerimaan Norma Keluarga
Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS)
3 meningkatkan kemampuan masyarakat
unyuk mengembangkan kegiatan kesehatan
dan kegiatan lain yang menunjang sesuai
dengan kebutuhan.
Bertitik tolak dari uraian diatas, maka
jelaslah bahwa seharusnya untuk usaha
menurunkan AKI dan AKB , titik utama nya
adalah melakukan pencegahan terjadinya
BBLR, sehubungan dengan faktor penyebab,
maka usaha pencegahan dititik beratkan pada
hal hal mencegah dan merawat ibu hamil
rosiko tinggi dan sosial ekonomi yang
mempengaruhi.
Pada penelitian oleh lembaga Gizi Amerika
Tengah dan Panama yang dilakukan di
Guatemala, dengan pemberian makanan
tambahan beberapa ratus kalori saja per hari,
yang diberikan pada ibu hamil tiga bulan
terakhir dari kehamilannya, dapat
mengurangi insiden BBLR dari 30% menjadi
4%.
Pertambahan berat badan ibu hamil di
Indonedia rata rata 6 kg, keadaan ini sama
dengan di Tansania. kenaikan BB ini
berhubungan dengan pertumbuhan janin,
plasenta, cairan amnion dan organ
reproduksi..
Atas dasar naiknya BB ibu selama hamil,
Martodipuro ( 1982) Kartu Menuju Sehat Ibu
Hamil ( KMS ibu hamil) , dengan KMS ini
dapat untuk mendeteksi secara dini
gangguan pertumbuhan janin didalam
kandungan akibat kekurangan gizi. Apabila
pertambahan BB sesuai dengan kartu
monitor, maka diharapkan pada saat
melahirkan bayi cukup bulan BB lahir bayi
diperkirakan 3 kg atau lebih.
Dengan memasukkan program penimbangan
ibu hamil dan monitor KMS ibu hamil di
Posyandu yang diikuti Pemberian Makanan
Tambahan pada ibu yang kurva BB nya
rendah terutama pada 3 bulan terakhir
kehamilannya, diharapkan insiden BBLR
menurun yang pada gilirannya akan
menurunkan AKB yang pada kenyataanya
AKB tertinggi akibat BBLR.
Dengan monitor berkelanjutan ibu hamil
dengan KMS ibu hamil diikuti pemeriksaan
Tekanan darah oleh. Kader yang audah
terlatih, setidaknya sudah bisa juga terdeteksi
secara dini komplikasi kehamilan yang
membahayakan seperti Eklamsi .
Dari uraian diatas, bisa disimpulkan bahwa
peran masyarakat sangat dibutuhkan dalam
usaha penurunan AKI dan AKB. Dengan lebih
diintensifkan lagi Posyandu dengan
monitoring KMS ibu hamil dan Pemberian
Makanan Tambahan ibu hamil terutama
pada 3 bulan terakhir kehamilannya, serta
menggalakkan kembali Keluarga Berencana
dan memperkuat sistim rujukan, tidak
mustahil target tujuan Pembangunan
Milenium tahun 2015 bisa tercapai.
Langganan:
Postingan (Atom)
About Me.....
- Ners Harmoko
- Semarang, Jawa Tengah, Indonesia
- Praktisi keperawatan di Dinas Kesehatan Kota Semarang,dosen keperawatan,Clinical Instructure,dan saat ini diberi amanah memimpin PPNI KOTA SEMARANG dan Anggota Bidang Hukum Organisasi & Politik PPNI JAWA TENGAH serta sebagai Sekretaris Uji Kompetensi Perawat MTKP Jawa Tengah. Situs ini dibuat agar bisa memberikan manfaat bagi rekan-rekan sejawat. Silahkan untuk didownload dengan menyertakan link-nya.